Sunday 27 April 2014

Saya memiliki dua nenek. Kedua nenek saya sebenarnya memiliki bakat dan kecenderungan cerewet yang sama. Akan tetapi, salah satu di antara keduanya memiliki sifat kecerewetan yang menonjol. Salah satu penyebabnya adalah uzurnya usia nenek saya. Nenek saya yang sangat cerewet memang sudah sangat uzur, usianya sekitar 75 tahun. Selain uzur, nenek saya juga sudah bau tanah. Bahkan, kadang-kadang baunya bisa bervariasi. Nenek saya pernah berbau seperti tanah hasil sengketa, pernah juga berbau seperti tanah longsor. Bahkan, jika nenek saya gembira, baunya seperti Tanah Lot.

Saya menyadari bahwa nenek saya cerewet sejak SD. Ketika itu, saya baru saja pulang sekolah. Tiba-tiba, nenek saya mengomeli saya. Alasannya sepele, saya buang ingus terlalu keras. Bahkan, saking kerasnya, menurut nenek saya, saya harus membuat kamar khusus dengan peredam agar ingus saya tidak terdengar keras.  Selain itu, saya juga sering dimarahi karena kentut sembarangan. Padahal, saya tidak berniat untuk kentut di depan umum. Saya kentut di depan umum karena saya tidak dapat menahan kentut. Kalau kentut saya ditahan, biasanya kentut saya akan keluar melalui hidung. Bahkan, kentut saya juga bisa keluar dari mulut. Tapi saya belum mencobanya. Saya takut, nanti kentut saya bau mulut
Selain Sering mengomeli, nenek saya juga sangat suka mengomentari. Saya pernah dikomentari ketika sedang makan. Beliau mengometari saya karena saya gemuk tetapi tetap suka makan. Saya pun menanggapinya dengan senyuman. Namun, nenek saya malah cemberut, karena, selebar-lebarnya senyum nenek saya, beliau selalu terlihat cemberut.

Akan tetapi, ketika saya mengomentari nenek saya, beliau selalu marah. “Sudah, nggak usah komentar. Kamu masih kecil!” nenek saya selalu berkata begitu ketika saya komentari. Sebenarnya, saya ingin membalas komentar-komentar aneh nenek dengan berkata, “Nenek jangan komentar, nenek sudah tua, sudah bau tanah.” Tetapi, saya tak bisa melakukannya karena saya takut dianggap durhaka dan jika saya durhaka, saya takut dikutuk menjadi tanah.


Itulah nenek saya, kadang nenek saya memang terlihat cerewet dan menyebalkan. Namun, sebenarnya nenek saya itu baik, apalagi kalau memberi uang saku yang banyak kepada saya.

0 comments:

Post a Comment