Sunday 18 May 2014

  Sebenarnya, saya tidak merasa memiliki wajah tua. Tapi, orang lain banyak yang merasa jika wajah saya wajah tua. Pertama kali saya dianggap tua adalah ketika kelas 1 SMP. Ketika itu, saya membeli pensil 2B dengan jumlah cukup banyak, sekitar 3 lusin. Waktu mau membayar, saya ditanya oleh sang penjaga toko, “Mas, beli pensilnya kok banyak banget, buat UN SMA ya mas?” Ketika pertama kali mendengar pertanyaan itu, saya langsung merasa ingin menggaruk pantat saya. Saya melakukan hal itu karena terkadang saya menggaruk pantat jika kebingungan . Setelah puas menggaruk pantat hingga pantat saya ikut puas, saya menjawab pertanyaan si penjaga toko, “Saya masih kelas 1 SMP, Mbak.” Mendengar jawaban itu, si penjaga toko langsung shock. Dia pun berpura-pura kaget  karena shock dengan jawaban yang saya lontarkan. Setelah kejadian itu, banyak kejadian lain yang membuat saya semakin paham bahwa ternyata, wajah saya tidak sesuai dengan usia saya.

  Satu tahun kemudian, waktu saya kelas 2 SMP, saya pergi ke rumah salah seorang saudara. Waktu itu, saya ditanya oleh seorang ibu-ibu yang mengaku sebagai sang tuan rumah. “Mas, apa kabar? Jadi kuliah di mana mas?” tanya si tuan rumah yang dengan PDnya menganggap saya sudah kuliah. Saya pun menjawab, “Maaf Bu, saya masih kelas 2 SMP.” Setelah mendengar jawaban saya, si tuan rumah langsung kaget. Saking kagetnya, saya yang tidak kaget menjadi ikut-ikutan kaget karena si tuan rumah yang kaget telah membuat diri saya yang tidak kaget menjadi kaget sekaget-kagetnya kaget. Saya lantas segera pulang dan menenangkan diri saya agar tidak merasa kaget.


  Lalu, di tahun berikutnya, saya bertemu orang lain yang juga menganggap diri saya tua. Ketika itu, saya sedang menemani ibu saya membeli obat di toko buku. Waktu menunggu ibu saya yang sedang melihat-lihat buku sambil membeli obat, saya ditanya oleh salah seorang penjual obat yang mengklaim dirinya sebagai penjual buku. Si penjual obat yang menjual buku itu bertanya, “Mas, sampeyan sudah kerja atau masih kuliah?” waktu itu, saya tidak kaget karena sudah terbiasa dengan pertanyaan seperti itu. Saya lantas menjawab, “Saya masih kelas 3 SMP Mas.” Mendengar jawaban itu, si penjual obat langsung berjualan buku karena obatnya berubah menjadi buku.


  Masih di tahun yang sama, saya bertemu dengan seorang SPM (Sales Promotion Man) sebuah produk susu balita di mall. Ketika saya bertemu dengan orang tersebut, saya diberi brosur dan ditawari untuk berfoto di photo booth bersama adik saya yang berumur 6 tahun. SPM itu berkata, “Pak, ini kami ada promo. Untuk pembelian 2 kotak susu 500 ml, bapak bisa foto gratis sama anak bapak di photo booth kami.” Ia berkata sambil menunjuk adik saya yang dikira anak saya. Saya langsung menjawab bahwa saya masih SMP. Sang SPM pun merasa heran karena Ia belum pernah bertemu anak SMP yang wajahnya setua saya. Sejak saat itu, saya merasa kalau wajah saya wajah tua. Tua banget.

2 comments:

  1. eh :D udh berkarya sejak kapan :D ?
    blogspot,u kece , aku tak langganan ya :D

    ReplyDelete