Wednesday 3 June 2015



  Saya heran kepada makhluk tuhan bernama perempuan. Perempuan, seperti yang Anda tahu, adalah lawan jenis dari laki-laki. Jika Anda perempuan, berarti Anda bukan laki-laki. Jika Anda laki-laki, berarti Anda bukan perempuan. Kecuali bagi orang yang setengah-setengah. Seperti waria. Tak hanya waria, ada pula perempuan yang kelelaki-lakian. Tubuhnya perempuan, tapi jiwanya sangat lelaki. Contohnya adalah perempuan yang suka olahraga, menaiki motor gede (moge), perempuan berkumis lebat, berjenggot, atau perempuan yang bulu hidungnya gondrong bahkan sampai gimbal.

  Perempuan, menurut beberapa orang, memiliki jalan pikiran yang jauh berbeda dengan laki-laki. Konon, jalan pikiran perempuan itu sangat rumit. Saking rumitnya, mereka sendiri tidak paham dengan jalan pikirannya. Selain rumit, menurut pengamatan saya selama hidup enam belas tahun di dunia ini, perempuan juga terlalu sering memainkan perasaan atau bahasa kerennya sensitif. Mereka terlalu sering menanggapi sesuatu dengan perasaan yang kelewat dalam. Meskipun tidak semuanya seperti itu. Saya pernah dicurhati oleh teman saya yang seorang perempuan pemikir. Segalanya dipikirkan oleh dia mulai dari pakaian, makanan, hingga pakaian yang berbentuk makanan. Ia berkata pada saya, operator telekomunikasi yang dia gunakan sering PHP kepadanya. Alasannya, setiap dia mendapat sms dari sang operator, dirinya selalu membalas sms itu tetapi tidak pernah dibalas. Aneh.

Dia juga perempuan loh...

  Perempuan juga makhluk yang sensitif. Dalam salah satu penelitian yang tidak pernah saya baca, perempuan bisa mengalami bad mood selama lima jam per minggu. Bayangkan, lima jam! Di warnet, lima jam Rp 10.000,00. Berarti, perempuan menghabiskan Rp 10.000,00 per minggunya. Jika ditotal per bulan, bisa mencapai Rp 40.000,00 bahkan lebih. Rp 40.000,00 itu bisa dibuat membeli sepuluh porsi bakso. Bisa juga dibuat membeli puluhan bahkan ratusan sandal tanpa pasangan. Uang segitu juga bisa dibuat untuk mencicil ponsel pintar seharga Rp 2.000.000,00 selama 50 bulan atau empat tahun dua bulan.

  Perempuan juga terkadang cukup merepotkan. Saya lebih memilih untuk sembelit selama dua minggu daripada beradu argumen dengan seorang perempuan selama satu menit. Beradu argumen dengan perempuan itu sangat menyusahkan. Sama susahnya seperti menyembelih ikan. Sangat susah, bahkan mustahil Anda bisa berargumen dengan perempuan tanpa merasa kelelahan. Saya merasa, beradu argumentasi dengan perempuan bisa menjadi pengganti olahraga. Karena sama-sama membakar kalori. Bahkan, berargumen atau berdebat dengan perempuan tidak hanya membakar kalori, tapi juga membakar emosi.

  Perempuan memang bukan makhluk tuhan yang sempurna. Sama seperti laki-laki, perempuan juga bisa (bahkan banyak) melakukan kesalahan. Akan tetapi, perempuan sangat dibutuhkan di dunia ini. Karena, kalau semua makhluk di dunia ini adalah laki-laki, siapa yang akan jadi perempuan? Dan kalau perempuan tidak ada di dunia ini, siapa yang akan jadi ibu? Saya tidak bisa membayangkan kalau semua ibu di dunia adalah laki-laki. Bahkan, saya sangat tidak bisa membayangkan kalau bapak saya menjadi seorang ibu. Mungkin saya akan meminta untuk dimasukkan kembali ke dalam perut daripada hidup di dunia dengan seorang ibu yang berjenggot dan wajahnya tunarupa sekaligus menyeramkan. Jadi, selagi ibu Anda semua adalah seorang perempuan, hormati dan sayangi ibu Anda seperti ibu Anda menyayangi diri Anda. Agar Anda tidak menyesal jika kelak bapak Anda berubah menjadi seorang ibu.

0 comments:

Post a Comment