Thursday 14 May 2015

 

  Ketika Anda membaca judul di atas, Anda pasti penasaran. Apa maskud dari judul tersebut. Jujur, waktu saya menuliskan judul di atas, saya sedang tidak ada ide. Saya akhirnya memutuskan untuk memakai judul itu. Walaupun sebenarnya saya tidak tahu makna dari judul yang saya buat. Judul saya buat seperti itu hanya untuk keren-kerenan saja. Siapa tahu Pak Presiden melhat judul tulisan ini, lalu mengundang saya datang ke istana untuk makan durian seperti yang pernah dilakukan oleh nenek-nenek ketua parpol yang mengundang para menteri makan durian di kantornya. Intinya, saya hanya ingin diajak makan durian karena sudah bertahun-tahun saya tidak makan durian.

  Saya tidak tahu apakah Pak Presiden suka dengan durian. Karena banyak orang yang benci atau bahkan phobia dengan durian. Mencium baunya saja sudah muntah-muntah, kejang-kejang, kesurupan, sesak napas, pneumonia, talasemia, hemofilia, leukimia, musikimia, dan hal-hal ilmiah yang lain. Semoga saja Pak Presiden suka dengan durian agar saya bisa mendapat kesempatan untuk makan durian bersama beliau. Saya harap durian juga suka dengan Pak Presiden sehingga terjadi hubungan jiwa yang kuat antara durian dan presiden. Saya juga membayangkan kalau Pak Presiden berjualan durian. Pasti duriannya akan sangat low profile, merakyat, dan sabar. Saking low profile-nya, hingga durian Pak Presiden nanti tidak ada durinya. Karena durian-durian itu takut dianggap sombong kalau durinya banyak.


  Saya tahu, seluruh penjual durian di luar sana pasti punya harapan besar kepada Pak Presiden. Mereka berharap Indonesia bisa maju, sejahtera, damai, adil dan makmur. Selain itu mereka pasti berharap dunia perdurianan di Indonesia semakin berkembang. Bahkan, saya sebagai penikmat durian memiliki harapan besar kepada durian-durian di Indonesia. Salah satunya harapan agar durian kita semakin modis. Salah satu contoh durian modis adalah durian yang durinya berbentuk mohawk atau gimbal. Bisa juga durinya dibentuk seperti model poni Andhika. Barangkali kalau durian kita sudah modis, ada desainer baju yang menawarkan para durian itu untuk menjadi model busana keluaran terbaru.

  Kembali lagi ke masalah judul, ketika menulis tulisan ini saya sedang mendengarkan lagu-lagu era 90-an yang terkenal. Salah satunya lagu Jangan Tutup Dirimu yang dipopulerkan oleh Om Andre dan grupnya, Si Tongky.  Lagu tersebut benar-benar menginspirasi saya hingga saya membuat judul tulisan yang mirip dengan judul lagu itu. Bedanya, dalam tulisan ini saya tidak akan membahas soal percintaan. Saya sudah terlalu ngenes kalau masalah cinta. Maklum, 16 tahun jomblo. Saya di sini hanya akan membahas masalah sosial yang terjadi di negeri ini. Negeri tempat Vicky Prasetyo dan Andhika lahir.

  Pak Presiden, saya tahu kalau banyak rakyat Indonesia yang sudah sangsi dengan kepemimpinan Anda. Orang-orang itu menilai Anda sudah disetir oleh kepentingan elite parpol sekaligus kepentingan nenek-nenek yang sukanya pakai baju merah dan punya tahi kucing, eh, tahi lalat di bawah mulutnya. Saya sebenarnya juga meragukan jiwa kepemimpinan bapak. Tapi saya masih bisa menunggu ketegasan bapak sebagai pemimpin walau harus menunggu lima tahun lagi ketika masa jabatan bapak habis. Saya tahu kalau terkadang tulisan saya terlalu keras mengkritik bapak. Tapi itu demi kebaikan seluruh rakyat di negeri ini. Saya harap bapak tidak menutup diri terhadap semua peristiwa yang terjadi belakangan ini. Coba Pak Presiden lihat, betapa banyak rakyat dan penjual durian yang menjerit ketika harga beras melambung tinggi dan harga BBM tidak stabil. Silahkan bapak amati bagaimana perasaan bahagia di hati para koruptor ketika lembaga antirasuah dikriminalisasi. Para polisi kotor juga pasti merasakan hal yang sama. Saya sudah muak dengan semua itu, Pak. Saya hanya tidak ingin NKRI yang (katanya) harga mati ini dihancurkan oleh manusia-manusia calon penghuni neraka. Saya masih punya harapan besar kepada Pak Presiden. Terutama harapan soal makan durian bersama.

  Daripada tulisan ini jadi terlalu panjang dan menyedihkan, saya tutup saja dengan satu kalimat yang sangat mewakili uneg-uneg saya:
Jangan tutup dirimu, Pak Presiden,

0 comments:

Post a Comment