Wednesday 8 July 2015



  Saya menemukan sebuah pola unik. Sebenarnya tidak terlalu unik, tapi cukup unik untuk dibilang unik, jadi menurut saya hal ini adalah hal unik karena memang unik. Pola itu adalah ketika saya menulis tentang nenek saya dalam blog ini, pasti bapak saya tidak mengshare tulisan itu dalam akun Facebooknya. Mungkin itu salah satu cara bapak saya dalam menghormati nenek. Karena kebanyakan tulisan saya memang (alhamdulillah) menceritakan keburukan nenek saya. Mulai dari cerewetnya, bawelnya, suka ngaturnya, bau tanahnya, kulit hitamnya, joroknya, absurdnya, gosip-gosipnya, kentutnya, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nenek saya.

  Meski sampai sekarang alasan bapak saya tidak membagikan tulisan tentang mertuanya yang juga nenek saya tidak jelas, saya yakin bapak saya tidak takut dengan mertuanya yang juga nenek saya. Karena nenek saya yang takut dengan bapak saya. Saya saja sampai detik ini masih sedikit takut dengan bapak saya. Saya lebih baik disuruh mengikuti uji nyali tujuh hari tujuh malam di rumah angker daripada disuruh tinggal satu malam saja dengan bapak saya. Kalau saja KK Dheeraj mau membuat film dengan karakter bapak saya, pasti sudah ada puluhan film horror yang tayang di bioskop seluruh dunia-akhirat. Saya juga ingin suatu saat nanti bisa membuatkan film horror dengan bapak saya sebagai pemeran utama, saya sudah memikirkan beberapa judul yang cocok, di antaranya: Beranak Dalam Jamban, Tali Pocong Om-om, Hantu Brewok Berkalung Sorban, dan beberapa judul lain yang tidak bisa saya sebutkan karena saya tidak bisa menyebutkannya.

Andai Nenek Saya Seperti Ini......

  Bagi Anda yang belum pernah bertemu nenek saya, saya akan memberi deskripsi singkat tentang nenek saya: tubuhnya pendek, cukup gemuk tapi tidak segemuk Pretty Asmara, rambutnya hitam keputih-putihan, hidungnya semi mancung, kadang-kadang memakai korset tetapi sebenarnya korsetnya tidak ikhlas dipakai oleh nenek saya, sangat mudah kaget, tidak pernah kentut (jangan-jangan nenek saya tidak bisa kentut?) mempunyai pedang panjang, kalau berjalan prok prok prok, nenek seorang kapiten. Itulah deskripsi singkat mengenai nenek saya, memang beliau terlihat seperti manusia yang tidak sempurna. Namun, dibalik ketidaksempurnannya, sesungguhnya nenek saya memiliki banyak ketidaksempurnaan.

  Sejauh ini, nenek saya memang masih bisa dimaklumi kecerewetannya. Meskipun kadang-kadang saya sebal dengan kecerewetan nenek saya, saya masih bisa sabar menghadapinya. Bahkan, saya lebih sabar dalam menghadapi nenek saya daripada menghadapi kejombloan yang sudah hinggap dalam sanubari romansa jiwa (Bahasa Vicky) diri saya. Saya bahkan menganggap nenek saya adalah anugerah karena dengan cerewetnya nenek saya, saya bisa menghadapi orang secerewet apapun di dunia ini. Nenek saya sudah sepatutnya mendapat Guinnes World Record sebagai manusia dengan tingkat kecerewetan tertinggi di dunia. Saya sampai sekarang masih terus berdoa supaya cucu saya diberi nenek yang jauh lebih baik dari nenek saya dengan penuh kekhidmatan jiwa, raga, dan stamina pikiran yang membentuk kesinambungan ketentraman hati (Bahasa Vicky Lagi). Doakan saya agar doa saya terkabul.

  Khusus untuk bapak saya, mohon membalas tulisan ini dengan tulisan yang mengulas penyebab bapak saya tidak pernah membagikan/share tulisan tentang nenek saya di Facebook. Mohon ditulis dengan huruf Arial, ukuran 12, dan diberi cap pos pada pojok tulisan. Jangan lupa jawabannya dishare ke Facebook.
Untuk semua pembaca, mohon maaf kalau tulisan saya kali ini banyak typo atau kekurangan dalam hal apapun itu. Karena saya menulis ini semua ketika sedang buru-buru karena kebelet Buang Air Besar (BAB).

0 comments:

Post a Comment