Thursday 12 May 2016

  Indonesia adalah negara penghasil biji kopi terbanyak keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Indonesia memproduksi biji kopi jenis c.canephora alias robusta terbanyak ketiga setelah Brasil dan Vietnam.  Konsumsi kopi domestik Indonesia berada di peringkat 8 sedunia. Untuk kopi instan, Indonesia masuk 5 besar negara pengimpor kopi terbanyak dari Brasil. Sebagian besar konsumsi kopi Indonesia dihabiskan pada kopi instan. Salah satunya karena harganya yang amat terjangkau. Namun, konsumsi kopi instan yang berlebih ditambah kebiasaan merokok sebagian besar masyarakat Indonesia membuat penyakit jantung koroner semakin meningkat jumlah penderitanya. Tidak terhitung sudah berapa nyawa terenggut dan berapa rupiah biaya yang harus dikeluarkan demi kesembuhan dari penyakit berbahaya itu. Dodit Mulyanto, Pak Rohmad (petugas kebersihan di lingkungan rumah saya), Pak Sueb, Pak Martono, Pak Maman, Pak Budi, dan banyak orang di seluruh Indonesia pernah mengidap jantung koroner.

  Rakyat Indonesia wajib meminta pertanggungjawaban dari pemilik perusahaan kopi instan dan rokok. Mereka telah meracuni rakyat jelata dengan rokok dan kopi murah berkualitas rendah. Sebagian dari pengusaha itu masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia. Dengan kekayaan yang mereka miliki, harusnya mereka bisa menjual cerutu kuba atau sigaret-sigaret mahal dengan harga murah. Begitu pula dengan pengusaha kopi instan. Masyarakat Indonesia selayaknya bisa menikmati kopi dalam negeri yang memiliki karakter rasa berbeda-beda namun tetap enak. Aceh Gayo, Kintamani Bali, Toraja Kalosi, Java Ijen, hingga Flores Bajawa adalah sebagian dari kopi asli Indonesia yang memiliki cita rasa khas. Karena kopi instan di Indonesia rasa kopinya terlalu pahit, sepahit penolakan cintaku padamu.

  Sudah saatnya produsen kopi instan mengedukasi konsumen mengenai pentingnya mengkonsumsi kopi asli Indonesia. Salah satunya karena kenikmatan kopi Indonesia yang sangat jauh di atas kopi instan yang kadang menyebabkan sakit perut saat dikonsumsi serta rasa pahitnya yang berlebihan, apalagi jika dikonsumsi sembari mengingat kenangan dengan mantan. Jika sudah begitu, hampir pasti sang peminum kopi akan terserang jantung koroner dalam jangka waktu 1x24 jam. Setelah menderita jantung koroner, saya yakin usia orang itu tidak panjang lagi jika dirinya masih mengingat mantan sambil membanjiri bantal dengan air mata dan air liur.  Saran saya, produsen kopi instan menulis peringatan besar disertai foto pada tiap kemasannya agar konsumen mereka tidak meminum kopi sambil mengingat mantan. Begini bunyinya:


MINUM KOPI SAMBIL MENGINGAT MANTAN MEMBUNUHMU!


  Produksi domestik kopi indonesia yang cukup tinggi sebaiknya bisa dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia. Terserang jantung koroner karena terlalu banyak minum kopi instan adalah sesuatu yang sia-sia. Kopi asli Indonesia masih terlalu nikmat jika dibandingkan kopi instan produksi perusahaan besar nan kaya. Perusahaan-perusahaan itu mengimpor kopi instan dari Brasil dalam jumlah jutaan kilogram. Itu sama saja dengan mengimpor penyakit dari Brasil. Kalau saja peminum kopi kelas berat yang mengidap jantung koroner lebih sering meminum kopi asli Indonesia, saya yakin mereka lebih bahagia. Bahkan, saat menemui ajalnya, mungkin para peminum kopi dalam negeri akan menikmati momen-momen tersebut. Karena kenikmatan kopi nusantara membuat tragedi hidup dan pengalaman menyakitkan menjadi lebih nikmat. Kecoa saja bisa meninggal dengan nikmat waktu disemprot racun aroma lavender atau jeruk. Seharusnya manusia bisa meninggalkan dunia dengan aroma wangi dari kopi Aceh Gayo atau Sunda Aromanis.

1 comments: