Saturday 15 March 2014

   Pergaulan jaman sekarang. Banyak yang berpikir kalimat tersebut sebagai sesuatu yang banyak mudharatnya/negatif. Jaman sekarang memang banyak hal negatif yang lebih cepat masuk karena teknologi yang sudah sangat berkembang. Oleh karena itu, banyak yang menyebut zaman sekarang adalah "zaman edan" Saya sebenarnya merasa bahwa zaman sekarang bukanlah zaman edan. Salah satunya karena kata "edan" terlalu kasar. Selain itu, sebenarnya tidak semua hal di masa sekarang bersifat "edan" Karena sebenarnya, masa yang kita lalui sekarang adalah zaman absurd. Saya memakai kata tersebut karena hidup pada zaman sekarang memang dipenuhi ketidakjelasan dan kekonyolan.

  Salah satu penyebabnya kekonyolan tersebut adalah nama. Terkadang, orang tua memberi nama anak dengan nama yang aneh. Saya pernah melihat seorang anak yang bernama Langlang Buana. Nama tersebut memang kelihatannya bagus, mungkin orangtuanya mengngingkan anaknya menjadi seorang petualang atau penjelajah. Tapi, nama tersebut tetap aneh karena terlalu miskin arti.  Bayangkan saja, jika anak tersebut memiliki akun Facebook, mungkin namanya jauh lebih absurd, mungkin akunnya akan diberi nama "Langlang Sang Petualang Cinta" Selain itu, ada juga anak yang namanya sudah bagus tetapi dibuat sangat lebay di akun Facebooknya. Saya pernah menemukan nama di Facebook, waktu saya lihat, saya cukup geli melihat nama itu. Nama tersebut adalah: Ita Clalu Chyank Dhieyya Clamanya. Zaman sekarang para remaja memang sudah tak bangga dengan nama aslinya.

  Keanehan lain di zaman ini adalah banyaknya anak belum cukup umur sudah berpacaran. Bahkan, lebih parahnya lagi, ada anak kelas 4 SD sudah punya pacar. Memang zaman sekarang dipenuhi hal-hal yang semakin aneh. Salah satu keanehan yang membuat saya merasa geli adalah fakta bahwa 70% dari siswa SMP di Indonesia sudah pernah berpacaran. Meski begitu, Alhamdulillah saya tidak termasuk siswa yang berpacaran karena memang belum ada perempuan yang mau berpacaran dengan saya. Hal tersebut membuat saya miris sekaligus iri. Di satu sisi, pacaran memang banyak dampak negatif dibandingkan dampak positif. Di sisi yang lain, banyak siswa yang menganggap "kalau tidak punya pacar hidupnya bakal tidak enak" saya kadang kala merasa iri dengan siswa yang menggandeng pacarnya ketika pulang sekolah, tetapi, ya sudahlah, saya sadar wajah saya tidak begitu tampan alias "pas-pasan" dengan wajah saya seperti ini, saya justru bersyukur bisa terhindar dari maksiat.

0 comments:

Post a Comment