Selama 69 tahun berdiri, Indonesia mengalami banyak
perubahan di bidang pendidikan. Mulai dari kurikulum, guru, siswa, sampai
seragam pun mengalami perubahan. Dulu, guru mengajar dengan kapur, papan tulis
hitam, penggaris panjang, plus wajah seram bak Suzanna yang lagi kesurupan.
Sekarang, guru mengajar dengan komputer, proyektor LCD, smartphone, komputer tablet, plus wajah menyenangkan yang terkadang menyebalkan.
Dulu, siswa datang ke sekolah membawa buku, pensil,
pulpen, penggaris, dan rautan pensil yang ada cerminnya dan biasa digunakan
untuk melihat celana dalam siswa perempuan. Sekarang, siswa tidak hanya membawa
peralatan menulis, tapi juga membawa smartphone,
laptop, komputer tablet, plus rautan pensil dengan cermin yang masih digunakan
untuk keperluan yang sama.
Dulu, sekolah adalah tempat untuk mencari ilmu. Sekarang,
sekolah tidak hanya untuk cari ilmu, tapi juga untuk cari pacar, cari uang,
cari lagu baru, cari makan gratisan, dan cari-cari yang lain. Selain itu,
sekolah dulu identik dengan guru yang menyeramkan, PR yang banyak, pelajaran
yang susah. Sekarang, sekolah tetap identik dengan semua yang saya sebutkan di
atas.
Saya berangkat ke sekolah juga tidak sepenuhnya untuk
mencari ilmu, tapi juga untuk melihat siswa cantik yang membuat saya
bersemangat ketika masuk sekolah. Selain siswa catik, saya juga sering
mengamati guru-guru. Terutama guru yang masih muda dan cantik. Maklum, sekolah
saya dipenuhi guru-guru tua, menyeramkan dan badannya bau balsam. Di sekolah
saya juga banyak guru yang malas mengajar. Pernah suatu ketika, guru saya
datang ke kelas dengan membawa satu piring pecel dan memakannya di kelas. Baru
setelah makan beliau mengajar, namun, hanya 10 menit mengajar, guru olahraga
ini pergi ke kantin hingga waktu pelajaran usai. Ada pula guru yang membawa
satu bundel majalah wanita dan membacanya di kelas hingga waktu pelajaran
berakhir. Tanpa sedikitpun mengajar atau bahkan memberi tugas.
mantan menteri pendidikan yang lagi pusing
gara-gara permasalahan pendidikan yang dibuatnya sendiri
Yang tidak boleh dilupakan dari sekolah adalah para wali
murid. Di sekolah saya ada berbagai macam wali murid. Mulai dari wali murid
miskin yang pakaiannya bau amis sampai wali murid kaya yang bau parfumnya mirip
bau kentut. Wali murid yang saya amati biasanya ibu-ibu atau wali murid
perempuan. Ada ibu-ibu yang dandanannya modis, pakaiannya wangi, bersih, tapi
wajahnya jelek stadium 4. Ada pula ibu-ibu yang masih muda, cantik, kulitnya
putih, mulus, tubuh molek, tapi sayang, suaranya kayak bapak-bapak. Jika ada
wali murid yang cantik, biasanya saya amati terus orangnya. Terkadang, saya
betah berlama-lama di sekolah hanya untuk melihat wali murid yang cantik.
Biasanya, kalau ibunya cantik, anaknya juga cantik. Tapi, itu tidak selalu
berlaku. Ada wali murid yang cantiknya luar biasa hingga membuat air liur saya
menetes hingga satu ember, tapi wajah anaknya hancur luar biasa hingga membuat
saya ingin meminum air liur saya yang satu ember itu. Ada pula wali murid yang
jeleknya tidak bisa diukur dengan apapun karena saking jeleknya, tapi anaknya
cantik maksimal.
Di akhir tulisan ini, saya hanya ingin berpesan kepada
seluruh siswa dan wali murid agar selalu menjaga kesehatan dan bagi wali murid
dan siswa perempuan yang wajahnya kurang cantik, pas-pasan atau bahasa
kasarnya, jelek, ingatlah bahwa orang jelek itu sangat banyak di dunia ini, dan
jika orang jelek bersatu, maka terbentuklah suatu rasa persatuan yang didasari
oleh solidaritas sesama orang jelek. Bersatulah orang jelek!
0 comments:
Post a Comment