Wednesday 31 December 2014

  Kalau kebanyakan laki-laki merasa dirinya, salah pilih istri. Bapak saya bukan salah satu dari mereka. Menurut saya, bapak saya tidak salah pilih istri. Tapi salah pilih mertua. Meskipun saya belum menikah, saya merasa begitu karena nenek saya sangat sangat sangat sangat sangat cerewet. Mau makan saja, saya diomelin, mau baca Koran, saya diomelin, sampai waktu saya mau ngomel, saya diomelin.

  Belum cukup sampai disitu. Nenek saya juga seenaknya sendiri. Apalagi kalau soal acara TV. Kalau nenek saya datang ke rumah saya, nenek saya pasti menguasai TV yang ada di rumah. Tidak ada yang boleh mengganti acara TV yang ditonton nenek saya.  Bahkan, ketika nenek saya tertidur di depan TV, tetap tidak boleh ada yang mengganti channelnya. Pernah suatu kali saya mengganti saluran TV ketika nenek saya tertidur. Tiba-tiba nenek saya terbangun dari tidur dan langsung saya diomelinya. Saya langsung kesal dengan perbuatannya. Akhirnya, saya memutuskan untuk tidak lagi mengganti saluran TV. Tetapi mengganti nenek saya dengan nenek yang baru.

  Nenek saya juga rewel soal makanan. Apalagi makanan yang rasanya asin. Pernah nenek saya makan ikan asin, Ketika saya lihat, nenek saya memakan ikan asin itu dengan lahap. Lalau ketika saya mendekati nenek saya, saya kaget. Ternyata, nenek saya makan ikan asin yang diolesi gula pasir. Ketika saya tanya nenek saya, mengapa ikan asinnya diolesi gula, nenek saya langsung menjawab kalau ikan asinnya terlalu asin. Dasar, nenek yang aneh.


Sumpah, ini nenek saya.  

Yang paling parah dari nenek saya adalah, nenek saya membenci suara orang yang buang ingus. Padahal, buang ingus adalah hak setiap warga negara dan seharusnya, praktik pembuangan ingus dilindungi oleh undang-undang. Namun sayang, sampai sekarang belum ada undang-undang di Republik Indonesia yang mengatur tentang pembuangan ingus. Dan nenek saya memanfaatkan hal itu dengan baik. Nenek saya melarang saya untuk buang ingus di dapur. Karena beliau takut ingus saya mencemari makanan yang ada di dapur. Nenek saya juga melarang saya untuk membuang ingus sambil berlari. Beliau takut ingus saya nanti kececeran di mana-mana.


  Meskipun nenek saya memiliki banyak sifat negatif, nenek saya tidak ada positifnya.  Akan tetapi, saya tetap menghormati nenek saya. Karena setiap saya bertemu dengan nenek saya, saya selalu diberi uang. Kalau saya tidak diberi uang, mungkin saya tidak akan pernah menghormati nenek saya.

0 comments:

Post a Comment