Kalau kebanyakan laki-laki merasa dirinya, salah pilih
istri. Bapak saya bukan salah satu dari mereka. Menurut saya, bapak saya tidak
salah pilih istri. Tapi salah pilih mertua. Meskipun saya belum menikah, saya
merasa begitu karena nenek saya sangat sangat sangat sangat sangat cerewet. Mau
makan saja, saya diomelin, mau baca Koran, saya diomelin, sampai waktu saya mau
ngomel, saya diomelin.
Belum cukup sampai disitu. Nenek saya juga seenaknya
sendiri. Apalagi kalau soal acara TV. Kalau nenek saya datang ke rumah saya,
nenek saya pasti menguasai TV yang ada di rumah. Tidak ada yang boleh mengganti
acara TV yang ditonton nenek saya. Bahkan,
ketika nenek saya tertidur di depan TV, tetap tidak boleh ada yang mengganti channelnya. Pernah suatu kali saya
mengganti saluran TV ketika nenek saya tertidur. Tiba-tiba nenek saya terbangun
dari tidur dan langsung saya diomelinya. Saya langsung kesal dengan
perbuatannya. Akhirnya, saya memutuskan untuk tidak lagi mengganti saluran TV.
Tetapi mengganti nenek saya dengan nenek yang baru.
Nenek saya juga rewel soal makanan. Apalagi makanan yang
rasanya asin. Pernah nenek saya makan ikan asin, Ketika saya lihat, nenek saya
memakan ikan asin itu dengan lahap. Lalau ketika saya mendekati nenek saya,
saya kaget. Ternyata, nenek saya makan ikan asin yang diolesi gula pasir.
Ketika saya tanya nenek saya, mengapa ikan asinnya diolesi gula, nenek saya
langsung menjawab kalau ikan asinnya terlalu asin. Dasar, nenek yang aneh.
Sumpah, ini nenek saya.
Yang paling parah dari nenek saya adalah, nenek saya
membenci suara orang yang buang ingus. Padahal, buang ingus adalah hak setiap
warga negara dan seharusnya, praktik pembuangan ingus dilindungi oleh
undang-undang. Namun sayang, sampai sekarang belum ada undang-undang di
Republik Indonesia yang mengatur tentang pembuangan ingus. Dan nenek saya
memanfaatkan hal itu dengan baik. Nenek saya melarang saya untuk buang ingus di
dapur. Karena beliau takut ingus saya mencemari makanan yang ada di dapur.
Nenek saya juga melarang saya untuk membuang ingus sambil berlari. Beliau takut
ingus saya nanti kececeran di mana-mana.
Meskipun nenek saya memiliki banyak sifat negatif, nenek
saya tidak ada positifnya. Akan tetapi,
saya tetap menghormati nenek saya. Karena setiap saya bertemu dengan nenek
saya, saya selalu diberi uang. Kalau saya tidak diberi uang, mungkin saya tidak
akan pernah menghormati nenek saya.
0 comments:
Post a Comment