Wednesday 8 April 2015

  Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan saya yang berjudul Surti dan Tejo. Di sini, saya tidak akan membahas tentang kerusakan moral. Saya akan membahas hal-hal yang sering menjadi penyebab kerusakan moral. Kerusakan moral memang memiliki penyebab yang sangat banyak. Jauh lebih banyak dari penyebab orang sembelit. Saking banyaknya, kalau semua penyebab kerusakan moral ditulis di sini, pasti panjangnya akan melebihi kamus manapun di dunia ini.

  Jika saya ditanya, mengapa di dunia ini bisa terjadi kerusakan moral yang parah seperti yang dialami oleh Surti dan Tejo? Saya pasti tidak akan menjawab. Karena menjawab pertanyaan seperti itu terlalu memakan waktu. Saya lebih baik terkunci di dalam toilet yang mampet selama dua jam daripada harus menjawab pertanyaan itu. Yang saya tahu, di dunia ini ada tiga hal yang sangat jamak ditemui sebagai penyebab kerusakan moral. Tiga hal itu adalah uang, kekuasaan, dan makhluk Tuhan paling rumit di dunia ini. Kalau tiga hal itu dicampur jadi satu dan diambil sisi negatifnya, maka akan terjadi kiamat instan di dunia ini. Kiamat instan adalah kiamat yang sangat cepat. Jauh lebih cepat daripada kiamat itu sendiri. Kiamat instan biasanya terjadi setelah direbus selama tiga menit, bumbu dimasukkan ke mangkok, dan campur bumbu dengan mie. Ini kiamat instan atau cara bikin mie instan?

  Penyebab pertama dari kerusakan moral dan bisa berujung ke kiamat instan adalah uang. Di zaman sekarang, semua membutuhkan uang. Beli beras, butuh uang. Beli pakaian, butuh uang. Bahkan beli uang pun butuh uang. Semua lapisan masyarakat sangat menggantungkan diri kepada kertas tipis itu. Seakan-akan uang adalah Tuhan kedua. Saya heran, mengapa bisa orang menjadi sangat ketergantungan dengan uang. Bahkan, ada orang yang sangat takut jika tidak memiliki  uang sepeserpun. Seakan-akan jika tidak punya uang dia akan masuk neraka selamanya. Banyak pula orang yang selalu mengharapkan uang ketika melakukan semua hal. Bahkan, membantu orang lain pun juga masih berharap uang.

  Saya membayangkan, bagaimana jika nantinya di dunia ini tak ada uang. Pastinya tidak akan ada wakil rakyat-wakil rakyat yang duduk di kursi DPR hanya karena uang. Tidak akan ada pula suap menyuap dalam dunia politik. Saya sangat senang kalau di dunia ini tidak ada uang. Karena semua WC umum pasti gratis. Zaman sekarang, hampir semua WC umum sudah dikuasai oleh kapitalis-kapitalis yang mengandalkan kotoran manusia untuk mendapat uang. Saya beranggapan seperti itu karena tarif WC umum sudah melambung tinggi. BBM naik, tarif WC juga naik. Padahal WC umum tidak menggunakan BBM. Saya tidak bisa membayangkan kalau WC umum menggunakan BBM. Pasti nanti banyak yang menginvite PIN milik WC umum.

  Penyebab kedua adalah kekuasaan. Orang yang berkuasa bisa melakukan hal yang semena-mena kepada yang tidak berkuasa. Kalau sudah begitu, pasti pihak penguasa tidak mau disalahkan atas kesalahan yang mereka perbuat. Karena mereka merasa bahwa kekuasaan adalah kesewenang-wenangan. Jadi penguasa memang repot. Coba lihat salah satu presiden negara republik di Asia Tenggara yang tidak tegas itu. Saya tidak usah menyebut namanya karena Anda sudah pasti tahu dengan presiden asli Solo ini. Si presiden yang takut kepada salah satu nenek-nenek ketua parpol ini memang semakin menegaskan ketidaktegasannya. Padahal dia adalah orang yang berkuasa. Aneh. Semoga saja rakyat Indonesia masih diberi kesabaran dalam menghadapi cobaan yang terus mendera bangsa ini akibat presiden yang tidak tegas. Bahkan, melebihi ketidaktegasan orang tidak tegas yang tidak tegas.

Apa kabar, Pak? Dari dulu kok senyum-senyum terus. Kasihan rakyat, Pak. Banyak yang lupa caranya senyum gara-gara harga-harga pada naik

Penyebab ketiga sekaligus penyebab nomor tiga adalah makhluk Tuhan paling rumit. Siapakah makhluk Tuhan paling rumit? Makhluk itu tidak lain adalah perempuan. Perempuan, bagi laki-laki jomblo seperti saya, adalah  makhluk paling rumit yang pernah diciptakan tuhan. Jalan pikirnya rumit, perasaannya rumit, hidupnya rumit, bahkan rumitnya juga rumit. Perempuan, menurut saya, terlalu rumit untuk dipahami. Meskipun tidak semua. Jika Anda seorang perempuan, Anda mungkin tidak merasa bahwa Anda adalah orang yang rumit. Karena rumit adalah nama lain dari perempuan.

  Satu perempuan rumit yang tinggal serumah dengan saya adalah ibu saya. Ibu saya, wanita berusia kepala empat yang punya dua anak yang absurd, memang cukup rumit. Saya pernah dimintai pendapat oleh ibu saya yang semakin hari semakin merasa gendut. Ibu saya bertanya, “Coqi, ibu kok tambah gemuk ya, lihat tuh di cermin. Gemuk, kan?” Lalu, dengan pura-pura jujur, saya menjawab, “Biasa aja kok, Bu. Perasaan badan Ibu tetep kok,” Lalu, dengan sedikit ragu-ragu, ibu saya menanggapi jawaban itu, “Ah, masak. Yang bener ah. Jujur nih?” Karena ibu saya meminta saya jujur, saya terpaksa berkata jujur, “Nggak sih. Ibu agak gemukan dikit,” Tak lama kemudian, ibu saya langsung berkata dengan intonasi paling tinggi yang pernah saya dengar, “Iya kan, Kamu itu menghina Ibu ya! Ngomong kalau tubuh Ibu gendut! Beraninya kamu nganggep Ibu sendiri gendut! Emang Kamu nggak gendut apa! Lihat perut kamu itu, banyak siluetnya kan?!” “Bukan siluet Bu, tapi selulit,” “Nggak, Ibu bener kok. Lipatan di perut itu siluet! Kamu kok nakal sih, nganggep perkataan Ibu keliru!” Saya hanya bisa tertawa dalam hati mendengar amarah ibu saya. Betapa rumit ibu saya ini.


  Saya hanya bisa berharap, dunia ini dijaga dari segala kerusakan moral akibat tiga hal itu. Selain itu, saya juga berharap ibu saya tidak semakin rumit.

0 comments:

Post a Comment