Sunday 16 November 2014

Tulisan ini lahir dari keprihatinan saya terhadap orang-orang yang menganggap wajah mereka jelek. Termasuk saya. Saya menganggap wajah saya tidak terlalu tampan. Padahal kalau dibilang ganteng ya tidak ganteng-ganteng banget. Kalau dibilang jelek, ya memang jelek. Tapi, meski begitu, saya yakin, meskipun saya jelek,  saya tidak ganteng. Di balik pengakuan orang-orang yang senasib dengan saya, saya menarik satu kesimpulan, kesimpulannya adalah, orang jelek memang tidak tampan, tapi orang tampan belum tentu jelek. Saya pernah bertemu orang yang wajahnya “agak sedikit lebih baik” dari saya, Ia berkata bahwa banyak orang yang masih menilai orang dari luarnya, bukan isinya. Menurut saya, itu memang benar, meskipun benar, anggapan itu tidak salah. Karena, banyak dari kita yang merasa bahwa orang yang luarnya bagus kemungkinan besar dalamannya bagus. Padahal, itu belum tentu benar. Bisa jadi orang yang luarnya bagus ternyata tidak memakai dalaman. Anda pernah lupa memakai dalaman? Saya sering.

Kembali lagi ke masalah orang jelek, sebenarnya, wajah yang kurang memadai, atau biasa kita sebut jelek, bukanlah sesuatu hal yang mutlak. Itu bisa diperbaiki meskipun perbaikannya butuh biaya. Saya pernah melihat orang yang dulu wajahnya jelek, berubah menjadi wajah yang amat rupawan bak Tom Cruise versi hidung belang. Maksud hidung belang di sini bukan hidung belang yang negatif. Tapi hidung belang yang sesungguhnya. Ya, Laki-laki yang namanya tidak bisa saya sebutkan ini memang wajahnya menjadi lebih rupawan. Akan tetapi, hidungnya berubah menjadi hidung yang warnanya belang. Konon, operasinya gagal di bagian hidung sehingga hidungnya menjadi hidung belang yang jauh lebih belang dari belangnya macan.

ini contoh wajah yang kurang ganteng 


Lantas, apa hubungan semua tulisan di atas dengan judul yang saya cantumkan? Kalau Anda merasa bahwa judul di atas dan tulisan di paragraf pertama tidak nyambung, ya memang tidak nyambung. Jika melihat judul di atas, Anda pasti bertanya, “Benarkah wajah tampan/ganteng itu tidak penting?” Jawabannya: Ya, wajah tampan itu tidak penting. Yang penting, wajah Anda simetris atau tidak jelek-jelek amat. Menurut penelitian yang dilakukan oleh salah satu stasiun televisi pendidikan terkemuka di dunia, hal yang terpenting bukanlah ketampanan atau kecantikan. Melainkan kesimetrisan. Sekarang,pertanyaannya, apakah wajah tampan itu simetris. Sebenarnya, kalau bicara dari perspektif orang yang kurang tampan seperti saya, wajah tampan adalah wajah yang simetris. Sedangkan wajah jelek bisa jadi simetris, bisa saja tidak simetris. Jika Anda merasa bahwa wajah tidak simetris adalah wajah yang hidungnya ada di telinga, telinganya ada di kepala, kepala ada di hidung, dan lain sebagainya, itu adalah pendapat yang salah, karena, kalau sudah seperti itu, bukan tidak simetris lagi, tapi sudah cacat.



Ketidaksimetrisan bisa dilihat dari berbagai bentuk. Misalnya, coba lihat di cermin, apakah hidung Anda lubangnya ada dua, atau mungkin ada 4 lubang, kalau ada 4 lubang, hidung Anda berarti tidak simetris. Lalu, coba lihat dagu Anda. Apakah dagu Anda sedikit lancip, atau mungkin ada bercak putih di dagu Anda. Kalau dagu Anda ada bercak putih, berarti dagu Anda ada panunya atau mungkin dagu Anda ditumbuhi komedo. Selain itu, coba lihat mata Anda, apakah mata Anda bentuknya bulat, atau mungkin mata Anda berbentuk trapesium. Kalau mata Anda bentuknya trapesium, berarti mata Anda tidak simetris. Itulah beberapa cara untuk mengukur kesimetrisan wajah Anda. Kalau Anda merasa cara di atas adalah cara yang sesat, harus saya akui kalau cara di atas adalah cara yang sesat. Jadi, selamat mencoba!

0 comments:

Post a Comment