Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan saya yang
berjudul Surti dan Tejo. Di sini, saya tidak akan membahas tentang kerusakan
moral. Saya akan membahas hal-hal yang sering menjadi penyebab kerusakan moral.
Kerusakan moral memang memiliki penyebab yang sangat banyak. Jauh lebih banyak
dari penyebab orang sembelit. Saking banyaknya, kalau semua penyebab kerusakan
moral ditulis di sini, pasti panjangnya akan melebihi kamus manapun di dunia
ini.
Jika saya ditanya, mengapa di dunia ini bisa terjadi
kerusakan moral yang parah seperti yang dialami oleh Surti dan Tejo? Saya pasti
tidak akan menjawab. Karena menjawab pertanyaan seperti itu terlalu memakan
waktu. Saya lebih baik terkunci di dalam toilet yang mampet selama dua jam
daripada harus menjawab pertanyaan itu. Yang saya tahu, di dunia ini ada tiga
hal yang sangat jamak ditemui sebagai penyebab kerusakan moral. Tiga hal itu
adalah uang, kekuasaan, dan makhluk Tuhan paling rumit di dunia ini. Kalau tiga
hal itu dicampur jadi satu dan diambil sisi negatifnya, maka akan terjadi
kiamat instan di dunia ini. Kiamat instan adalah kiamat yang sangat cepat. Jauh
lebih cepat daripada kiamat itu sendiri. Kiamat instan biasanya terjadi setelah
direbus selama tiga menit, bumbu dimasukkan ke mangkok, dan campur bumbu dengan
mie. Ini kiamat instan atau cara bikin mie instan?
Penyebab pertama dari kerusakan moral dan bisa berujung
ke kiamat instan adalah uang. Di zaman sekarang, semua membutuhkan uang. Beli
beras, butuh uang. Beli pakaian, butuh uang. Bahkan beli uang pun butuh uang.
Semua lapisan masyarakat sangat menggantungkan diri kepada kertas tipis itu.
Seakan-akan uang adalah Tuhan kedua. Saya heran, mengapa bisa orang menjadi
sangat ketergantungan dengan uang. Bahkan, ada orang yang sangat takut jika
tidak memiliki uang sepeserpun.
Seakan-akan jika tidak punya uang dia akan masuk neraka selamanya. Banyak pula
orang yang selalu mengharapkan uang ketika melakukan semua hal. Bahkan, membantu
orang lain pun juga masih berharap uang.
Saya membayangkan, bagaimana jika nantinya di dunia ini
tak ada uang. Pastinya tidak akan ada wakil rakyat-wakil rakyat yang duduk di
kursi DPR hanya karena uang. Tidak akan ada pula suap menyuap dalam dunia
politik. Saya sangat senang kalau di dunia ini tidak ada uang. Karena semua WC
umum pasti gratis. Zaman sekarang, hampir semua WC umum sudah dikuasai oleh
kapitalis-kapitalis yang mengandalkan kotoran manusia untuk mendapat uang. Saya
beranggapan seperti itu karena tarif WC umum sudah melambung tinggi. BBM naik,
tarif WC juga naik. Padahal WC umum tidak menggunakan BBM. Saya tidak bisa
membayangkan kalau WC umum menggunakan BBM. Pasti nanti banyak yang menginvite PIN milik WC umum.
Penyebab kedua adalah kekuasaan. Orang yang berkuasa bisa
melakukan hal yang semena-mena kepada yang tidak berkuasa. Kalau sudah begitu,
pasti pihak penguasa tidak mau disalahkan atas kesalahan yang mereka perbuat.
Karena mereka merasa bahwa kekuasaan adalah kesewenang-wenangan. Jadi penguasa
memang repot. Coba lihat salah satu presiden negara republik di Asia Tenggara
yang tidak tegas itu. Saya tidak usah menyebut namanya karena Anda sudah pasti
tahu dengan presiden asli Solo ini. Si presiden yang takut kepada salah satu
nenek-nenek ketua parpol ini memang semakin menegaskan ketidaktegasannya.
Padahal dia adalah orang yang berkuasa. Aneh. Semoga saja rakyat Indonesia
masih diberi kesabaran dalam menghadapi cobaan yang terus mendera bangsa ini
akibat presiden yang tidak tegas. Bahkan, melebihi ketidaktegasan orang tidak
tegas yang tidak tegas.
Apa kabar, Pak? Dari dulu kok senyum-senyum terus. Kasihan rakyat, Pak. Banyak yang lupa caranya senyum gara-gara harga-harga pada naik
Penyebab ketiga sekaligus penyebab nomor tiga adalah
makhluk Tuhan paling rumit. Siapakah makhluk Tuhan paling rumit? Makhluk itu
tidak lain adalah perempuan. Perempuan, bagi laki-laki jomblo seperti saya,
adalah makhluk paling rumit yang pernah
diciptakan tuhan. Jalan pikirnya rumit, perasaannya rumit, hidupnya rumit,
bahkan rumitnya juga rumit. Perempuan, menurut saya, terlalu rumit untuk
dipahami. Meskipun tidak semua. Jika Anda seorang perempuan, Anda mungkin tidak
merasa bahwa Anda adalah orang yang rumit. Karena rumit adalah nama lain dari
perempuan.
Satu perempuan rumit yang tinggal serumah dengan
saya adalah ibu saya. Ibu saya, wanita berusia kepala empat yang punya dua anak
yang absurd, memang cukup rumit. Saya pernah dimintai pendapat oleh ibu saya
yang semakin hari semakin merasa gendut. Ibu saya bertanya, “Coqi, ibu kok
tambah gemuk ya, lihat tuh di cermin. Gemuk, kan?” Lalu, dengan pura-pura
jujur, saya menjawab, “Biasa aja kok, Bu. Perasaan badan Ibu tetep kok,” Lalu,
dengan sedikit ragu-ragu, ibu saya menanggapi jawaban itu, “Ah, masak. Yang
bener ah. Jujur nih?” Karena ibu saya meminta saya jujur, saya terpaksa berkata
jujur, “Nggak sih. Ibu agak gemukan dikit,” Tak lama kemudian, ibu saya
langsung berkata dengan intonasi paling tinggi yang pernah saya dengar, “Iya
kan, Kamu itu menghina Ibu ya! Ngomong kalau tubuh Ibu gendut! Beraninya kamu
nganggep Ibu sendiri gendut! Emang Kamu nggak gendut apa! Lihat perut kamu itu,
banyak siluetnya kan?!” “Bukan siluet Bu, tapi selulit,” “Nggak, Ibu bener kok.
Lipatan di perut itu siluet! Kamu kok nakal sih, nganggep perkataan Ibu
keliru!” Saya hanya bisa tertawa dalam hati mendengar amarah ibu saya. Betapa
rumit ibu saya ini.
Saya hanya bisa berharap, dunia ini dijaga dari segala
kerusakan moral akibat tiga hal itu. Selain itu, saya juga berharap ibu saya
tidak semakin rumit.
0 comments:
Post a Comment