Jika Anda sudah membaca judul di atas, berarti Anda telah
membacanya. Jika belum, bacalah terlebih dahulu. Mungkin Anda akan teringat
pada salah satu lirik lagu yang dipopulerkan oleh salah satu legenda musik
Indonesia, Iwan Fals. Memang judul di atas adalah potongan kecil dari lirik
lagu “Air Mata Api” Lagu tersebut memang menceritakan air mata yang membara
seperti api. Bagaimana bisa, air mata membara seperti api? Bisa saja, buktinya,
lagu tersebut populer di kalangan pemuda yang sudah uzur. Dalam pengartian
secara luas, orang sisa-sisa adalah orang yang tidak diperhatikan. Bahkan,
saking tidak diperhatikannya mereka, mereka juga tidak memperhatikan dirinya sendiri.
Tidur di emperan toko, makan dari makanan ikan, sholat di emperan masjid,
bahkan mandi di sungai, turun ke sawah, menggiring kerbau sampai ke kandang. Mereka
juga bukanlah orang yang meminta hal yang macam-macam. Mereka hanya mau hidup
yang layak selayak-layaknya layak.
Apa yang membuat mereka hidup seperti itu? Banyak faktor
yang membuat mereka hidup dengan penuh keterbatasan. Faktor pertama, karena
mereka hidup miskin. Mengapa miskin? Karena mereka tidak kaya, Mengapa tidak
kaya? Karena mereka miskin. Faktor kedua, karena kebutuhan hidupnya tidak
tercukupi. Bahkan, saking tidak tercukupinya, mereka mencukup-cukupkan
kecukupan hidup mereka yang sebenarnya kurang cukup untuk dicukupkan. Faktor
ketiga, karena lingkungan sekitar. Banyak orang yang menjadi orang sisa-sisa
karena lingkungan mereka tidak menghendaki mereka untuk hidup di lingkungan
tersebut. Contohnya yang terjadi di India. Di India, ada sebagian kecil orang
yang berkasta sudra terpaksa hidup di tengah hutan karena pekerjannya dianggap
hina, memburu tikus. Padahal, kasihan tikusnya, mereka sudah susah-susah hidup
dan mencari nafkah di dunia hingga nafkahnya pun di bawah UMR. Eh, malah
dibunuh oleh manusia. Faktor keempat, karena pilihan. Di sebagian wilayah di
Australia dan beberapa negara Eropa, ada sekelompok orang yang menyebut diri
mereka freegan. Mereka adalah orang
yang mencari makan dari tong sampah. Mereka melakukannya karena menghindari
penggunaan uang yang dianggap sudah keterlaluan sehingga banyak orang menjadi
konsumtif, deduktif, induktif, fiktif, bahkan reaktif. Mereka bahkan ada yang
bisa berkeliling dunia tanpa uang. Mereka akan bekerja serabutan dalam
perjalanan tanpa dibayar uang. Mereka hanya mau dibayar makanan dan bensin.
Selain kaum-kaum di atas, sesungguhnya banyak orang sisa-sisa yang tidak bisa
saya sebutkan karena memang saya tidak tahu.
Lantas, bagaimana cara mengurangi jumlah orang sisa-sisa?
Tidak ada cara yang pasti untuk mengurangi jumlah orang sisa-sisa. Karena tidak
semua orang sisa-sisa menjadi seperti itu karena terpaksa. Jika memang sudah
pilihan mereka, orang lain tidak bisa berbuat apa-apa. Yang harus ditekan
adalah orang sisa-sisa karena himpitan hidup. Salah satu cara menekannya adalah
dengan mengurangi koruptor yang korupsi sehingga korupsi dari koruptor
berkurang dan para koruptor tak lagi korupsi karena mereka sudah tidak jadi
koruptor yang korupsi. Jadi, hiduplah dengan jujur tanpa korupsi karena daripada
hujan emas di negeri orang, lebih baik hujan upil di negeri sendiri.
0 comments:
Post a Comment
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.