Monday 9 June 2014

  Saya menulis tentang golf karena saya heran dengan olahraga golf. Saya heran karena melihat olahraga golf telah booming akhir-akhir ini dan banyak orang tiba-tiba memainkannya. Padahal, menurut saya, tidak ada yang menarik dari olahraga yang mempertontonkan belasan bahkan puluhan pria berkaus polo dan bertopi bahkan bersongkok sedang memukul bola yang berwarna putih yang ukurannya tidak lebih besar dari telur bebek. Anehnya, sekarang banyak yang mengadakan turnamen golf dan penontonnya juga banyak. Saya tidak habis pikir ketika menonton orang-orang yang menonton pertandingan golf yang dipertontonkan di depan para penonton pertandingan yang menonton pertandingan.

  Yang tidak kalah aneh dari golf adalah para pemainnya. Entah itu amatir atau professional, semuanya sama-sama aneh. Salah satu keanehannya adalah, para pegolf selalu memukul bola golf agar bisa masuk ke dalam hole. Padahal, bola akan lebih mudah masuk jika dilempar. Seharusnya para pegolf tidak usah memukul bola. Cukup melemparnya agar bisa masuk ke hole. Keanehan yang lain adalah, para pemain golf selalu membawa stik berjumlah banyak. Padahal, terkadang mereka hanya membutuhkan satu hingga tiga stik saja. Harusnya, pegolf yang hanya memakai sedikit stik tidak memboroskan uang dengan membeli banyak stik. Karena uangnya bisa dipakai untuk diberikan kepada fakir miskin dan anak terlantar sehingga kaum-kaum yang kurang diperhatikan seperti mereka bisa membeli stik golf.


  Menurut sebagian orang, golf adalah olahraga untuk orang-orang berduit. Itu memang benar. Konon, biaya sewa satu padang golf bisa mencapai puluhan juta. Belum lagi untuk sewa golf car. Bicara soal golf car atau mobil golf, menurut penelitian, mobil golf tidak dapat dipakai untuk mendaki gunung. Karena, mobil golf tidak dapat berjalan di medan yang terlalu tinggi. Oleh karena itu, tidak ada mobil golf yang dipakai untuk touring atau balapan. Jika ada mobil golf untuk balapan, mungkin akan ada pula stik golf yang digunakan untuk bermain baseball.


  Maraknya olahraga golf juga membuat banyak pegolf-pegolf cilik yang saking ciliknya, sampai-sampai stiknya lebih tinggi dari tubuhnya. Saya heran dengan para pegolf muda yang masih ingusan. Bayangkan, mereka bermain golf sejak kelas 1 SD, bahkan ada yang sejak TK. Mungkin orang tua mereka sangat kaya raya sehingga di dalam rumahnya terdapat lapangan golf. Bahkan, saking kayanya, mereka mungkin tidak tinggal di sebuah rumah, tapi tinggal di padang golf. Saya yang tidak miskin saja tidak pernah sekalipun menyentuh stik golf. Waktu kecil, saya hanya bermain sepak bola. Bolanya pun bukan bola yang lapisan luarnya terbuat dari kulit, karet, polyester, atau semen. Saya memakai bola plastik. Itu pun bola plastik yang sangat murah, waktu itu harganya sekitar Rp 5000. Meskipun harganya murah, saya masih harus urunan dengan teman-teman masing-masing Rp 500. Saya dan teman-teman saya terpaksa urunan karena saat saya kelas 1 SD, uang Rp 1000 adalah sesuatu yang sangat berharga sehingga saya sayang untuk mengeluarkannya.  

0 comments:

Post a Comment