Sunday 20 April 2014

  Kalau tidak salah, istilah KEPO memiliki arti Knowing Every Particular Object. Kalau disederhanakan, bisa diartikan sebagai sesuatu/seseorang yang selalu ingin tahu mengenai sesuatu di sekitarnya. Dengan lahir istilah kepo, lahir pula orang-orang yang diklaim atau mengklaim dirinya sebagai orang kepo. Tetapi, berdasarkan pengalaman hidup saya, tidak ada orang yang lebih kepo melebihi nenek saya. Nenek saya di usia 75 tahun masih belum berubah sifat keponya. Bahkan cenderung meningkat. Dulu, nenek saya tingkat keponya masih cenderung ringan. Jika saya berkunjung ke rumahnya, Beliau mungkin hanya menanyakan kabar, keadaan sekolah, atau keadaan keluarga di rumah. 10 tahun kemudian, pertanyaannya lebih kepo dan absurd. Beliau sering menanyakan tentang tanggal berapa saya lahir, jam berapa saya lahir, bahkan, Beliau pernah bertanya mengapa saya lahir. Saya malas menjawab jika pertanyaan yang dilontarkan tidak penting. Saya mungkin hanya mengangguk dan berkata, “Nenek lahir tanggal berapa, jam berapa, terus, mengapa nenek tiba-tiba lahir?” Kalau sudah begitu, Nenek saya pasti merengut dan ngambek. Bahkan, sekarang di usia 75 tahun, nenek saya semakin kepo, aneh, absurd, dan tidak bermutu sama sekali. Beliau pernah bertanya, “Berapa kali kamu ngupil dalam sehari?” saya lantas menjawab, “Yang jelas, upil saya lebih besar dari upil nenek.” Setelah mendengar jawaban saya, nenek saya tidak terima dan menantang saya untuk adu besar-besaran upil. Tetapi, saya yang menang karena saya sudah 4 hari tidak ngupil.
  Pernah suatu ketika saya membeli sepatu futsal. Ketika pulang ke rumah, nenek saya yang kebetulan sedang berkunjung ke rumah bertanya mengenai sepatu yang saya beli. Berikut percakapannya :
Nenek Saya (NS) : Beli sepatu apa?
Saya (S) : Sepatu futsal Nek.
NS : Buat apa?
S : Pastinya buat main futsal Nek.
NS : Lho, sepatu futsal kan buat main golf.
S : Bukan buat golf. Sepatu futsal itu buat nari balet.

  Begitulah percakapan saya dengan nenek saya. Jika Anda tidak paham maksud dari percakapan di atas, ada baiknya jika Anda tidak usah memahaminya. Karena, saya sendiri juga tidak paham maksud dari percakapan saya dengan nenek saya yang kepo tingkat tinggi.


  Sebenarnya, ada banyak sekali pertanyaan kepo yang dilontarkan nenek saya selama saya hidup. Tapi, tak usah terlalu banyak dibahas di tulisan ini. Karena, saya sudah malas membahas sifat kepo nenek saya. Sekian tulisan saya, semoga para manusia yang kepo bisa memperbaiki diri agar keponya tidak separah nenek saya.

0 comments:

Post a Comment