Wednesday 9 April 2014

  Banyak orang memiliki phobia terhadap sesuatu yang aneh. Ada yang takut dengan kancing, badut, ketinggian, bahkan takut pada angin. Tetapi, Alhamdulillah saya tidak memiliki ketakutan yang menimbulkan phobia dalam hidup saya. Saya punya tiga ketakutan terbesar, namun tidak menimbulkan phobia : Tuhan, bapak saya, dan orang gila. Di tulisan ini saya hanya membahas satu ketakutan, ketakutan pada orang gila.

  Entah mulai kapan saya takut pada orang gila. Seingat saya, saya mulai merasakan ketakutan pada orang gila setelah saya melakukan percakapan dengan seseorang yang tidak saya kenal di teras masjid. Kira-kira percakapannya seperti ini :

Saya (S) : Pak, permisi, cari siapa?
Orang Asing (OA) : Cari Ita.
S: Ita siapa pak?
OA : Ita anak saya, udah 2 hari nggak pulang.
S : Nggak coba lapor ke polisi pak?
OA : Polisinya tadi lagi main catur.
S : Main catur di mana pak?
OA : Pos Ronda.
S : Lho pak, kalau polisi itu di pos polisi. Yang di pos ronda itu namanya hansip. (Saya mulai geregetan)
OA : Nggak kok, yang di pos ronda itu polisi.
S : Bukan pak, itu hansip (emosi saya memuncak)
OA : Wis, karepmu. Kowe pancen edan. 
Setelah saya dikatai "edan" oleh orang itu, saya bergegas masuk masjid karena kesal dengan Si Orang Asing.

  Saya akhirnya menyadari bahwa orang itu kurang waras setelah diberitahu oleh salah satu teman yang cukup friendly dengan orang gila. Saking friendlynya, mungkin dia bisa membuat komunitas khusus orang gila. Setelah saya mendengar kabar dari teman saya, saya langsung merenung di kamar. Saya heran, hingga akhirnya saya berpikir, "Apakah saya gila?" Saya pun mengamati seluruh bagian tubuh saya. Dan saya mendapat satu kesimpulan, ternyata saya tidak gila, akan tetapi terkadang saya kurang waras. "Kurang waras" di sini bukanlah gila, tapi sesuatu yang lebih menjurus pada kekonyolan dan keabsurdan.

  Hal-hal konyol yang sering saya lakukan antara lain, menghirup dan menikmati bau kentut diri saya sendiri, kadang-kadang menikmati bau kentut orang, terkadang juga menikmati bau kentut orang yang tidak kentut. Saya juga pernah mengambil upil yang masih segar langsung dari hidung orang lain. Upil yang biasanya saya ambil adalah upil adik saya. Saya ambil karena upil adik saya masih imut dan tanpa dosa.

  Bicara tentang orang gila, saya selalu berpikir tentang para caleg gagal. Mereka mungkin gila karena mereka telah mempertaruhkan harta mereka, namun gagal dalam pemilihan. Atau jangan-jangan mereka berpura-pura gila agar orang yang mereka pinjam uangnya tidak menagih karena kegilaan si caleg gagal, atau mereka mungkin mendaftar dalam pencalonan legislatif agar bisa gagal dan merasakan sensasi menjadi orang gila. Toh, para caleg gagal yang gila bisa menambah penghasilan RSJ. Bahkan mungkin RSJ banyak yang menawarkan promo untuk caleg gila. misalnya, caleg yang gila mendapat diskon 50% jika mendaftar sebelum PEMILU diselenggarakan. Atau, para caleg itu bisa mendapat kupon gratis daftar di RSJ jika mengajak teman sesama caleg untuk ikut mendaftar. 

 

  



 

0 comments:

Post a Comment