Indonesia adalah negara penghasil biji kopi terbanyak
keempat di dunia setelah Brasil, Vietnam, dan Kolombia. Indonesia memproduksi
biji kopi jenis c.canephora alias
robusta terbanyak ketiga setelah Brasil dan Vietnam. Konsumsi kopi domestik Indonesia berada di
peringkat 8 sedunia. Untuk kopi instan, Indonesia masuk 5 besar negara
pengimpor kopi terbanyak dari Brasil. Sebagian besar konsumsi kopi Indonesia
dihabiskan pada kopi instan. Salah satunya karena harganya yang amat
terjangkau. Namun, konsumsi kopi instan yang berlebih ditambah kebiasaan
merokok sebagian besar masyarakat Indonesia membuat penyakit jantung koroner
semakin meningkat jumlah penderitanya. Tidak terhitung sudah berapa nyawa
terenggut dan berapa rupiah biaya yang harus dikeluarkan demi kesembuhan dari
penyakit berbahaya itu. Dodit Mulyanto, Pak Rohmad (petugas kebersihan di
lingkungan rumah saya), Pak Sueb, Pak Martono, Pak Maman, Pak Budi, dan banyak
orang di seluruh Indonesia pernah mengidap jantung koroner.
Rakyat Indonesia wajib meminta pertanggungjawaban dari
pemilik perusahaan kopi instan dan rokok. Mereka telah meracuni rakyat jelata
dengan rokok dan kopi murah berkualitas rendah. Sebagian dari pengusaha itu
masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia. Dengan kekayaan yang mereka
miliki, harusnya mereka bisa menjual cerutu kuba atau sigaret-sigaret mahal
dengan harga murah. Begitu pula dengan pengusaha kopi instan. Masyarakat
Indonesia selayaknya bisa menikmati kopi dalam negeri yang memiliki karakter
rasa berbeda-beda namun tetap enak. Aceh Gayo, Kintamani Bali, Toraja Kalosi,
Java Ijen, hingga Flores Bajawa adalah sebagian dari kopi asli Indonesia yang
memiliki cita rasa khas. Karena kopi instan di Indonesia rasa kopinya terlalu
pahit, sepahit penolakan cintaku padamu.
Sudah saatnya produsen kopi instan mengedukasi konsumen
mengenai pentingnya mengkonsumsi kopi asli Indonesia. Salah satunya karena
kenikmatan kopi Indonesia yang sangat jauh di atas kopi instan yang kadang
menyebabkan sakit perut saat dikonsumsi serta rasa pahitnya yang berlebihan,
apalagi jika dikonsumsi sembari mengingat kenangan dengan mantan. Jika sudah
begitu, hampir pasti sang peminum kopi akan terserang jantung koroner dalam
jangka waktu 1x24 jam. Setelah menderita jantung koroner, saya yakin usia orang
itu tidak panjang lagi jika dirinya masih mengingat mantan sambil membanjiri
bantal dengan air mata dan air liur.
Saran saya, produsen kopi instan menulis peringatan besar disertai foto
pada tiap kemasannya agar konsumen mereka tidak meminum kopi sambil mengingat
mantan. Begini bunyinya:
MINUM KOPI SAMBIL
MENGINGAT MANTAN MEMBUNUHMU!
Produksi domestik kopi indonesia yang cukup tinggi sebaiknya
bisa dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia. Terserang jantung koroner karena terlalu
banyak minum kopi instan adalah sesuatu yang sia-sia. Kopi asli Indonesia masih
terlalu nikmat jika dibandingkan kopi instan produksi perusahaan besar nan
kaya. Perusahaan-perusahaan itu mengimpor kopi instan dari Brasil dalam jumlah
jutaan kilogram. Itu sama saja dengan mengimpor penyakit dari Brasil. Kalau
saja peminum kopi kelas berat yang mengidap jantung koroner lebih sering
meminum kopi asli Indonesia, saya yakin mereka lebih bahagia. Bahkan, saat
menemui ajalnya, mungkin para peminum kopi dalam negeri akan menikmati
momen-momen tersebut. Karena kenikmatan kopi nusantara membuat tragedi hidup
dan pengalaman menyakitkan menjadi lebih nikmat. Kecoa saja bisa meninggal
dengan nikmat waktu disemprot racun aroma lavender atau jeruk. Seharusnya
manusia bisa meninggalkan dunia dengan aroma wangi dari kopi Aceh Gayo atau Sunda
Aromanis.
ipok kane
ReplyDelete