Nenek saya khawatir. Entah benar-benar khawatir atau
khawatir imitasi, yang jelas beliau mengatakan kekhawatirannya terhadap saya.
“Nenek itu khawatir sama pergaulan anak zaman sekarang. Kejahatan terhadap anak
semakin meningkat, orang-orang mabuk dan berbuat kriminal juga terus muncul.
Nenek cemas sama masa depanmu. Kamu itu laki-laki, nanti akan menikah dan punya
anak. Kamu bakal memanggul tanggung jawab besar. Kamu yang paling nenek khawatirkan
sekarang. Kalau cucu-cucu nenek yang lain, mereka semua perempuan. Kalau sudah
dewasa nanti, mereka bisa jadi ibu rumah tangga dan dapat menggantungkan hidup
mereka pada suaminya masing-masing. Sedangkan kamu, kamu harus menghidupi
sebuah keluarga. Nenek benar-benar khawatir,” saya terdiam, sambil memandangi
wajah nenek saya dengan mulut menganga disertai air liur yang menetes perlahan.
Saya sengaja mengatur wajah saya sedemikian rupa agar nenek merasa tidak nyaman
segera menghentikan pembicaraan tentang rasa khawatirnya dan beranjak pergi
dari hadapan saya.
Namun, saya gagal. Nenek saya tetap berdiri di depan saya
sambil memperlihatkan wajah curiga setengah marah. Saya masih bergeming dengan
ekspresi wajah yang sama. Sebenarnya saya ingin menyanggah sebagian ucapan
nenek. Begini kata-kata sanggahan yang saya siapkan:
“Nek, saya kan, nanti juga akan menikah. Tapi menikahnya
dengan perempuan yang keluarganya kaya raya. Supaya saya bisa jadi bapak rumah
tangga. Biar keluarga istri saya yang menghidupi saya dan anak-anak nanti.
Nenek seharusnya lebih khawatir pada cucu perempuan. Karena angka kejahatan
terhadap perempuan semakin meningkat, nek. Kewaspadaan harus ditingkatkan. Bang
Napi sudah tidak pernah muncul lagi, Nek. Padahal, hanya dia yang bisa
menancapkan kewaspadaan yang begitu mengakar di Indonesia. Para pemimpin di
negeri ini sudah tidak bisa diandalkan kalau menyangkut masalah kriminal pada
wanita. Lihat itu Gubernur yang sekarang sedang mereklamasi daerahnya, dia
bilang kalau bir itu kadar alkoholnya rendah. Tidak sampai 5 persen. Nenek tahu
kan, kasus Yuyun di Bengkulu, para pelaku itu minum tuak yang kadar alkoholnya
hanya 4 persen, tapi mereka bisa mabuk hingga melakukan kejahatan keji.”
Sebenarnya kalimat tentang “gubernur yang mereklamasi” itu
sengaja saya selipkan untuk menyindir nenek saya yang pro dengan sosok sang
gubernur. Namun, semua kata-kata tadi tidak jadi saya ungkapkan. Saya takut
nenek saya marah dan menggigit saya. Bisa-bisa saya berubah menjadi drakula
nenek-nenek. Selain itu, saya juga takut nenek saya mengamuk dan berubah
menjadi Kung Fu Panda.
Pendapat seorang nenek memang tidak selamanya benar.
Terkadang nasihat-nasihat nenek cukup bermanfaat dan baik jika dilakukan. Tak
jarang pula petuah nenek-nenek yang kurang bermanfaat dan bersifat destruktif.
Jika nenek menasihati cucunya agar tidak bermain di luar rumah saat petang
hingga malam hari, kemungkinan nasihat itu benar karena banyak peristiwa
kriminal yang terjadi pada malam hari. Namun,lain ceritanya jika perintah
seorang nenek kepada seorang presiden untuk memasukkan putri sang nenek ke
kabinet pemerintahan atau memaksa presiden untuk menambah libur nasional hanya
karena sebuah pidato tanpa judul yang dikemukakan oleh sang ayah. Selain itu,
perilaku nenek yang memiliki tahi ayam di bawah bibir kanannya itu memang
sangat aneh. Dalam struktur pemerintahan, dia tidak memegang jabatan apapun.
Namun, setiap acara kenegaraan seperti Konferensi Tingkat Tinggi, ulang tahun
organisasi pemerintahan, hingga peringatan hari besar nasional selalu
dihadirinya dan amat sering duduk bersebelahan dengan presiden.
Manusia tidak pernah luput dari kesalahan. Tidak ada manusia
yang sempurna. Tidak ada pula nenek yang sempurna. Nenek saya hanya seorang
manusia yang sedikit pelupa menjelang pikun dan terkadang menyebalkan. Tapi dia
tetap nenek saya. Sejak dulu, saya memiliki keinginan untuk ganti nenek. Namun
keinginan itu saya urungkan hingga kini karena nenek saya masih rutin memberi
uang untuk saya. Jika saja nenek saya pelit, mungkin saya telah menggantinya
dengan yang lebih segar, kaya raya, baik, tidak menyebalkan dan tidak bau
tanah. Semoga Indonesia dijauhkan dari
godaan nenek yang terkutuk dan hobi mengatur presiden.
0 comments:
Post a Comment