“ Dibohongi pakai surat Al-Maidah : 51 ”
Basuki T. Purnama, Gubernur DKI Jakarta Nonaktif sekaligus salah
satu GTT (Gubernur Tidak Terpuji).
Anda pernah dituduh berbohong? Bagaimana rasanya ketika Anda
yang berkata jujur, tiba-tiba difitnah dan dianggap telah berbohong. Pasti
rasanya sakit. Lebih sakit dari seorang pria yang melihat kekasihnya berjalan
dengan pria lain lalu esoknya diputus oleh sang pacar karena seingkuhannya
lebih kaya dan lebih tampan.
Bayangkan jika Anda dituduh berbohong menggunakan ayat dari
kitab suci miliaran umat manusia. Rasanya lebih sakit, bukan? Ayat-ayat Tuhan
dituduh sebagai alat kebohongan demi kekuasaan di sebuah provinsi yang luasnya
bahkan lebih kecil dari Pulau Madura. Ketika saya mendengar kabar itu pertama
kali, saya sedang dalam perjalanan menuju tempat les Bahasa Inggris yang
dikelola oleh seorang Tionghoa. Sepanjang saya menimba ilmu di tempat tersebut,
tidak pernah saya mendengar sang pengelola les menistakan agama yang saya anut.
Saya yakin jutaan orang beretnis sama dengan sang penista agama juga tak pernah
menistakan agama lain.
Kebencian yang begitu kuat seolah muncul dari mulut Gubernur
asal Belitung itu. Entah apa yang menyebabkan kebencian itu. Mungkin saja ada
seorang muslim yang dulu berhutang kepadanya, atau kepada ayahnya, atau pada
kakeknya yang diimpor langsung dari Tiongkok, dan si pengutang tidak kunjung
membayar hutangnya hingga kini, entahlah. Bisa juga karena dia merasa terancam
oleh lawan-lawannya pada Pilkada 2017 yang lebih ramah kepada rakyat dan umat Islam.
Calon gubernur lain yang tidak pernah sekalipun menggadaikan tanah rakyat dengan
keuntungan dari pengembang proyek atau rumah di Pantai Mutiara yang dilengkapi yacht dan lift yang bisa naik-turun
dengan super cepat. Secepat Pos Indonesia mengantarkan paket dari online shop. Teori yang terakhir,
mungkin dia lelah. Lelah dengan ancaman dari warga Luar Batang, lelah dengan
permainan politik kotor yang dia lakukan. Lelah dengan berbagai permintaan dari
istrinya, Veronica Tan. Lelah akibat terlalu sering bekerja hingga tak berani
menyanggupi ajakan Agus Yudhoyono untuk lari keliling Jakarta. Jika memang dia
lelah, saya harap dia segera menghubungi dokter bedah. Karena lelah bisa
mengakibatkan wasir. Sungguh tidak keren kalau seorang gubernur terpaksa mundur
karena wasir. Bicara soal wasir, kumis sang wakil gubernur saya rasa sedikit
mirip dengan luka ambeien.
Tujuan aksi damai 4 November hanyalah agar pelaku penistaan
agama itu diproses. Tidak lebih dari itu. Jika ada yang berkata aksi tersebut
ditunggangi aktor politik atau bertujuan untuk menjatuhkan presiden, saya rasa
tidak sama sekali. Presiden terlalu mahal untuk dijatuhkan. Karena ia seperti
guci keramik berlapis emas dan berlian yang berisi satu ton daging kebab.
Sangat berharga. Sedangkan jutaan rakyat yang turut serta dalam aksi itu
hanyalah kumpulan satpam yang tidak ingin guci mahalnya terjatuh. Kecuali guci
itu menjatuhkan diri demi seekor tikus got yang lahir dari keluarga penambang
timah dan tinggal di pantai penuh mutiara. Semoga saja guci itu tidak
mengorbankan dirinya demi si tikus.
Sayangnya, guci berlapis emas dan intan itu hanyalah guci pengecut yang tidak menghargai jasa
satpam yang telah menjaganya selama ini. Guci itu malah berjalan-jalan ke
tempat yang sangat tidak penting. Dia malah berupaya kabur lewat pintu ke mana
saja milik Angkasa Pura. Guci mahal itu tidak tahu, sebenarnya sang satpam
masih ingin menjaganya, namun sang guci sudah terlalu patuh pada pembelinya,
seorang nenek kaya yang selalu berbaju merah. Apapun yang dikatakannya, selalu
ia patuhi. Termasuk menjaga tikus got yang sering menyusahkannya. Saya tidak
tahu akan seperti apa ending-nya.
Prediksi saya, guci mewah dan tikus got itu akhirnya sama-sama sial dan sang
satpam berhasil mengusir nenek kaya berbaju merah dari rumahnya.
0 comments:
Post a Comment
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.