Saya
baru saja mendapat kabar dari kawan SMP saya. Hampir satu tahun saya
tidak menghubunginya. Setelah berhasil menghubungi dia, saya kaget
dengan informasi yang saya dapat. Bahkan, saking kagetnya, saya
sampai lupa mandi selama dua hari. Sebut saja namanya NS. NS ini
bukan salah satu dari artis yang “dimanajeri” oleh mucikari RA
seperti AA, TM, atau SB. NS hanyalah seorang perempuan salah asuhan
yang terjebak dalam pergaulan yang salah. Berikut percakapan saya
dengan NS:
Saya
(S) : Hai, apa kabar?
NS
: Aku baik, kamu siapa?
S
: Aku Basil.
NS
: Oh, Basil. Bagaimana kabarmu?
S
: Masih jomblo kok.
NS
: Ah, kamu jangan baper ah.
S
: Baper? Itu bukannya bodi depannya mobil?
NS
: Itu bumper.
Baper itu bawa perasaan.
S
: Ooh, baru tahu aku. Eh, kamu tahu nggak, bedanya kutu air sama
kamu?
NS
: Nggak, apa bedanya?
S
: Kalau kutu air ada di kaki. Kalau kamu ada di hatiku.
NS
: Ah, bisa aja.
S
: Aku boleh tanya sesuatu nggak, ke kamu?
NS
: Monggo
(silahkan)
S
: Tapi kamu harus jawab sejujur-jujurnya. Pertanyaan ini susah loh,
orang yang punya
IQ
180 aja nggak bisa jawab pertanyaan ini. Jadi, tolong jawab dengan
serius.
NS
: Apa pertanyannya?
S
: Menurut kamu, aku ganteng nggak?
NS
: Ganteng, tapi setengah.
S
: Oh, berarti aku GGS ya?
NS
: GGS? Ganteng-Ganteng Serigala?
S
: Bukan. GGS itu Ganteng-Ganteng Setengah.
Ganteng-ganteng setengah
Sebenarnya,
percakapan di atas tidak pernah terjadi. Percakapan aslinya ada di
bawah ini:
S
: Hai, apa kabar?
NS
: Baik, kabarmu?
S
: Masih jomblo kok.
NS
: Kasihan. Kamu sekolah di mana sekarang?
S
: Aku sekarang kerja. Kamu sekolah di mana?
NS
: Aku DO
S
: Hah? Kok bisa? Kamu hamil ya? Udah berapa bulan? Siapa penyebabnya?
NS
: Aku nggak sampek segitunya keless.
Aku DO gara-gara NRKB.
S
: NRKB? Narik Kolor e Bapak?
NS
: Bukan.
S
: Oh, ya aku tahu maksudmu. Jenis apa? Ganja? Opium? LSD? Kokain?
NS
: LL. (LL adalah psikotropika yang sering juga dikenal dengan pil
koplo. Konon
Katanya,
nama LL berasal dari kata Lolak-Lolok.
Entah apa artinya)
S
: Sejak kapan DO?
NS
: Bulan 11. (Percakapan ini terjadi 6 bulan setelah NS di-DO.)
S
: Eh, ngomong-ngomong, rumahmu sekarang di mana?
NS
: Semarang.
S
: Loh, bukannya kamu di Malang?
NS
: Nggak, aku nggak pernah tinggal di Malang.
S
: Kamu sebenarnya siapa, sih?
NS
: Aku SB.
S
: SB? Berarti kamu salah satu artis yang dipekerjakan RA ya?
NS/SB
: Bukan, aku SB, Saeful Bahri.
S
: Ooh, jadi kamu bukan NS? Berarti aku salah orang dong.
NS/SB:
Iya, aku SB bukan NS. Kok bisa salah orang sih? Ya udah, daripada
kecewa
Gara-gara
salah orang, mending kita lanjutin percakapannya, yuk!
S
: Ayo.
Kira-kira
begitulah secuil percakapan saya dengan NS atau SB yang tidak saya
kenal itu. Setelah saya telusuri lebih lanjut, NS ternyata lahir dari
keluarga broken home
atau keluarga rumah rusak. Entah siapa yang merusak. Mungkin NS
termasuk salah satu anak babi yang rumahnya dirusak oleh tiupan
serigala. Entahlah. Menurut informasi yang saya dapat langsung dari
NS, ayahnya menceraikan ibu kandung NS sejak dia masih TK. Masih
sangat kecil. Ibarat padi, NS masih berbentuk bibit yang sering
diinjak-injak oleh para bocah yang mengejar layang-layang putus
hingga ke sawah. NS masih terlalu kecil untuk menerima hal-hal
seperti itu. Jika kebanyakan anak TK saat itu masih sibuk dengan
tazos dan kacamata tiga dimensi yang dipoulerkan oleh salah satu
stasiun televisi, NS sibuk dengan pertengkaran orang tuanya. Jika
anak-anak lain sibuk menonton Power
Puff Girls dan Captain
Tsubatsa, NS tidak
demikian. Waktunya malah tersita dengan melihat kedua orang tuanya
berebut hak asuh. Andai saja saya sudah tahu kasus itu sejak dulu,
mungkin saya akan meminta bantuan para Power
Puff Girls mencegah
peceraian itu terjadi sama seperti anak yang meminta bantuan mereka
ketika es krimnya dicuri oleh Mojo Jojo.
Bagi
semua orang tua di bumi yang penuh dengan manusia seperti Andhika dan
Farhat Abbas, saya hanya ingin berpesan, untuk apa memiliki rumah
megah, mobil mewah, uang banyak, pembantu cantik, keset berlapis
emas, toilet ber-AC dan full
karaoke, pernikahan live
di TV, tujuh bulanan live
di TV, tapi keluarganya
tidak bahagia, depresi karena terlalu banyak tekanan hidup, hingga
akhirnya mengonsumsi narkoba dan tertangkap bersama dengan Wanda
Hamidah. Mungkin uang dapat membeli harga diri AA, RF, TM, atau SB.
Tapi uang tidak dapat membeli kebahagiaan. Semoga Andhika Mahesa
“Kangen Lagi” diampuni dosa-dosanya dan diterima amal ibadahnya.
0 comments:
Post a Comment