Sunday 15 June 2014

Sepak bola (atau lebih dikenal dengan sebutan kapes alob di Malang)  telah dikenal sebagai olahraga paling populer sejagat. Tidak peduli siapa orang itu, seberapa kayanya dia, berapa anaknya, hingga berapa jumlah upilnya, hampir semuanya suka dengan sepak bola. Kecuali bapak saya. Bapak saya, entah kenapa, tidak suka dengan sepak bola. Bapak saya, katanya, tidak suka sepak bola sejak kecil. Padahal, waktu bapak saya kecil, bapak saya tidak suka sepak bola. Mungkin bapak saya tidak bisa bermain sepak bola. Atau mungkin, sepak bola tidak bisa memainkan bapak saya. Entahlah. Tapi, meski bapak saya tidak suka sepak bola, saya adalah salah satu penggemar olahraga fisik tersebut. Saya tak tahu kapan pertama kali saya suka sepak bola. Yang saya ingat, pertandingan sepak bola pertama yang saya lihat di televisi selama 90 menit penuh adalah pertandingan Indonesia vs Thailand. Waktu itu, Indonesia menang 1-0. Setelah melihat pertandingan itu, saya langsung jatuh cinta dengan sepak bola. Meskipun saya tidak bisa bermain bola dengan baik, skill sepak bola saya cukup buruk. Oleh karena itu, saya jarang ikut teman-teman saya bermain sepak bola. Kalaupun ikut, saya tidak bermain, tapi  jadi wasit.

Dalam sepak bola, banyak tim yang bermain dalam sebuah kompetisi (kalau ada kompetisi). Dan, yang paling menyebalkan dari sebuah kompetisi adalah durasinya. Durasi sebuah kompetisi memang sangat panjang. Tidak ada kompetisi sepak bola yang hanya 1 hari. Biasanya, durasi kompetisi bisa berhari-hari, berminggu-minggu,berbulan-bulan, hingga bertahun-tahun. Bahkan, ada kompetisi yang sangat lama. Saking lamanya, sampai tidak ada pemainnya. Bukan hanya kompetisinya yang menyebalkan, pemainnya juga tidak kalah menyebalkannya. Ada pemain sepak bola yang sombongnya minta ampun. Saking sombongnya, orang yang sombong pun kalah sombong dibanding dirinya. Ada pula pemain sepak bola yang tidak niat bermain sepak bola. Ia bermain sepak bola, tapi memakai kostum bisbol. Dan ternyata dia memang pemain bisbol. Ada juga pemain bola yang perilakunya buruk sehingga terlihat menyebalkan. Selain hal-hal yang saya sebutkan di atas, sebenarnya masih banyak hal menyebalkan yang tidak bisa saya sebutkan karena jumlahnya amat banyak.


Sepak bola juga tidak terlepas dari kepemimpinan seorang wasit. Ada wasit yang bertindak sangat adil. Saking adilnya, sampai-sampai sang wasit suka memberi kartu merah kepada dirinya sendiri. Selain wasit adil, ada wasit yang sering curang karena disuap. Wasit-wasit ini biasanya disuap dengan berbagai bentuk suap. Ada yang disuap dengan lontong sayur, disuapi nasi goreng, hingga disuapi bubur bayi. Ada juga wasit penakut, dibentak sedikit saja oleh seorang pemain, sang wasit sudah ketakutan setakut-takutnya orang takut yang sedang ketakutan akut. Meski begitu, sudah seharusnya para pemain menghargai seorang wasit. Karena, sesuai kata pepapatah, Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.

Selain wasit, salah satu elemen yang sangat berpengaruh dalam permainan sepak bola adalah supporter. Supporter sangat berpengaruh karena, supporter bisa mempengaruhi tensi permainan, selain tensi permainan, supporter bisa mempengaruhi tensi darah para pemain jika sudah ricuh. Bahkan, ada supporter yang sangat hebat sehingga bisa membuat klub sepak bola sendiri. Para pemainnya pun juga berasal dari para supporter. Bahkan, para suporternya pun berasal dari supporter yang juga supporter.

0 comments:

Post a Comment