Saya heran kepada makhluk tuhan bernama perempuan.
Perempuan, seperti yang Anda tahu, adalah lawan jenis dari laki-laki. Jika Anda
perempuan, berarti Anda bukan laki-laki. Jika Anda laki-laki, berarti Anda
bukan perempuan. Kecuali bagi orang yang setengah-setengah. Seperti waria. Tak
hanya waria, ada pula perempuan yang kelelaki-lakian. Tubuhnya perempuan, tapi
jiwanya sangat lelaki. Contohnya adalah perempuan yang suka olahraga, menaiki
motor gede (moge), perempuan berkumis lebat, berjenggot, atau perempuan yang
bulu hidungnya gondrong bahkan sampai gimbal.
Perempuan, menurut beberapa orang, memiliki jalan pikiran
yang jauh berbeda dengan laki-laki. Konon, jalan pikiran perempuan itu sangat
rumit. Saking rumitnya, mereka sendiri tidak paham dengan jalan pikirannya. Selain
rumit, menurut pengamatan saya selama hidup enam belas tahun di dunia ini,
perempuan juga terlalu sering memainkan perasaan atau bahasa kerennya sensitif.
Mereka terlalu sering menanggapi sesuatu dengan perasaan yang kelewat dalam.
Meskipun tidak semuanya seperti itu. Saya pernah dicurhati oleh teman saya yang
seorang perempuan pemikir. Segalanya dipikirkan oleh dia mulai dari pakaian,
makanan, hingga pakaian yang berbentuk makanan. Ia berkata pada saya, operator
telekomunikasi yang dia gunakan sering PHP kepadanya. Alasannya, setiap dia
mendapat sms dari sang operator, dirinya selalu membalas sms itu tetapi tidak
pernah dibalas. Aneh.
Dia juga perempuan loh...
Perempuan juga makhluk yang sensitif. Dalam salah satu
penelitian yang tidak pernah saya baca, perempuan bisa mengalami bad mood selama lima jam per minggu.
Bayangkan, lima jam! Di warnet, lima jam Rp 10.000,00. Berarti, perempuan
menghabiskan Rp 10.000,00 per minggunya. Jika ditotal per bulan, bisa mencapai
Rp 40.000,00 bahkan lebih. Rp 40.000,00 itu bisa dibuat membeli sepuluh porsi
bakso. Bisa juga dibuat membeli puluhan bahkan ratusan sandal tanpa pasangan.
Uang segitu juga bisa dibuat untuk mencicil ponsel pintar seharga Rp
2.000.000,00 selama 50 bulan atau empat tahun dua bulan.
Perempuan juga terkadang cukup merepotkan. Saya lebih
memilih untuk sembelit selama dua minggu daripada beradu argumen dengan seorang
perempuan selama satu menit. Beradu argumen dengan perempuan itu sangat
menyusahkan. Sama susahnya seperti menyembelih ikan. Sangat susah, bahkan mustahil
Anda bisa berargumen dengan perempuan tanpa merasa kelelahan. Saya merasa,
beradu argumentasi dengan perempuan bisa menjadi pengganti olahraga. Karena
sama-sama membakar kalori. Bahkan, berargumen atau berdebat dengan perempuan
tidak hanya membakar kalori, tapi juga membakar emosi.
Perempuan memang bukan makhluk tuhan yang sempurna. Sama
seperti laki-laki, perempuan juga bisa (bahkan banyak) melakukan kesalahan.
Akan tetapi, perempuan sangat dibutuhkan di dunia ini. Karena, kalau semua
makhluk di dunia ini adalah laki-laki, siapa yang akan jadi perempuan? Dan
kalau perempuan tidak ada di dunia ini, siapa yang akan jadi ibu? Saya tidak
bisa membayangkan kalau semua ibu di dunia adalah laki-laki. Bahkan, saya
sangat tidak bisa membayangkan kalau bapak saya menjadi seorang ibu. Mungkin
saya akan meminta untuk dimasukkan kembali ke dalam perut daripada hidup di
dunia dengan seorang ibu yang berjenggot dan wajahnya tunarupa sekaligus
menyeramkan. Jadi, selagi ibu Anda semua adalah seorang perempuan, hormati dan
sayangi ibu Anda seperti ibu Anda menyayangi diri Anda. Agar Anda tidak
menyesal jika kelak bapak Anda berubah menjadi seorang ibu.
0 comments:
Post a Comment