Saya menemukan sebuah pola unik. Sebenarnya tidak terlalu
unik, tapi cukup unik untuk dibilang unik, jadi menurut saya hal ini adalah hal
unik karena memang unik. Pola itu adalah ketika saya menulis tentang nenek saya
dalam blog ini, pasti bapak saya tidak mengshare
tulisan itu dalam akun Facebooknya. Mungkin itu salah satu cara bapak saya
dalam menghormati nenek. Karena kebanyakan tulisan saya memang (alhamdulillah)
menceritakan keburukan nenek saya. Mulai dari cerewetnya, bawelnya, suka
ngaturnya, bau tanahnya, kulit hitamnya, joroknya, absurdnya, gosip-gosipnya,
kentutnya, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan nenek saya.
Meski sampai sekarang alasan bapak saya tidak membagikan
tulisan tentang mertuanya yang juga nenek saya tidak jelas, saya yakin bapak
saya tidak takut dengan mertuanya yang juga nenek saya. Karena nenek saya yang
takut dengan bapak saya. Saya saja sampai detik ini masih sedikit takut dengan
bapak saya. Saya lebih baik disuruh mengikuti uji nyali tujuh hari tujuh malam
di rumah angker daripada disuruh tinggal satu malam saja dengan bapak saya.
Kalau saja KK Dheeraj mau membuat film dengan karakter bapak saya, pasti sudah
ada puluhan film horror yang tayang di bioskop seluruh dunia-akhirat. Saya juga
ingin suatu saat nanti bisa membuatkan film horror dengan bapak saya sebagai
pemeran utama, saya sudah memikirkan beberapa judul yang cocok, di antaranya: Beranak
Dalam Jamban, Tali Pocong Om-om, Hantu Brewok Berkalung Sorban, dan beberapa
judul lain yang tidak bisa saya sebutkan karena saya tidak bisa menyebutkannya.
Andai Nenek Saya Seperti Ini......
Bagi Anda yang belum pernah bertemu nenek saya, saya akan
memberi deskripsi singkat tentang nenek saya: tubuhnya pendek, cukup gemuk tapi
tidak segemuk Pretty Asmara, rambutnya hitam keputih-putihan, hidungnya semi
mancung, kadang-kadang memakai korset tetapi sebenarnya korsetnya tidak ikhlas
dipakai oleh nenek saya, sangat mudah kaget, tidak pernah kentut (jangan-jangan
nenek saya tidak bisa kentut?) mempunyai pedang panjang, kalau berjalan prok
prok prok, nenek seorang kapiten. Itulah deskripsi singkat mengenai nenek saya,
memang beliau terlihat seperti manusia yang tidak sempurna. Namun, dibalik
ketidaksempurnannya, sesungguhnya nenek saya memiliki banyak ketidaksempurnaan.
Sejauh ini, nenek saya memang masih bisa dimaklumi
kecerewetannya. Meskipun kadang-kadang saya sebal dengan kecerewetan nenek
saya, saya masih bisa sabar menghadapinya. Bahkan, saya lebih sabar dalam
menghadapi nenek saya daripada menghadapi kejombloan yang sudah hinggap dalam
sanubari romansa jiwa (Bahasa Vicky) diri saya. Saya bahkan menganggap nenek
saya adalah anugerah karena dengan cerewetnya nenek saya, saya bisa menghadapi
orang secerewet apapun di dunia ini. Nenek saya sudah sepatutnya mendapat Guinnes World Record sebagai manusia
dengan tingkat kecerewetan tertinggi di dunia. Saya sampai sekarang masih terus
berdoa supaya cucu saya diberi nenek yang jauh lebih baik dari nenek saya dengan
penuh kekhidmatan jiwa, raga, dan stamina pikiran yang membentuk kesinambungan
ketentraman hati (Bahasa Vicky Lagi). Doakan saya agar doa saya terkabul.
Khusus untuk bapak saya, mohon membalas tulisan ini
dengan tulisan yang mengulas penyebab bapak saya tidak pernah membagikan/share tulisan tentang nenek saya di
Facebook. Mohon ditulis dengan huruf Arial, ukuran 12, dan diberi cap pos pada
pojok tulisan. Jangan lupa jawabannya dishare
ke Facebook.
Untuk semua pembaca, mohon maaf kalau tulisan saya kali
ini banyak typo atau kekurangan dalam
hal apapun itu. Karena saya menulis ini semua ketika sedang buru-buru karena
kebelet Buang Air Besar (BAB).
0 comments:
Post a Comment