Sunday 25 January 2015

  Kata orang, zaman sekarang adalah zaman edan. Oleh karena itu, terciptalah anak-anak edan atau bahasa halusnya gila. Contohnya, saya. Saya sebenarnya tidak menanggap diri saya edan. Hanya saja,  sebagian kecil orang-orang di sekitar saya menganggap saya sedikit edan. Salah satunya karena saya suka mengupil. Akan tetapi, saya dianggap edan bukan karena mengupil, tetapi karena sering menaruh upil saya di sembarang tempat. Selain menaruh, kadang upilnya juga dimakan. Karena, saya memiliki prinsip, lebih baik makan upil sendiri daripada makan upil orang lain.
  
  Selain saya, anak-anak edan di bumi ini sebenarnya sangat banyak. Bahkan banyak yang lebih edan dari saya. Contohnya, saya pernah melihat di televisi, ada seorang anak yang membawa mobil ke jalan tol dan menabrak mobil-mobil yang melintas hingga ada tujuh (atau delapan?) orang tewas karena kecelakaan tersebut. Anda pasti tahu anak edan yang saya maksud.

  Saya percaya, di dunia ini ada formula pasti mengenai cara “menciptakan” seekor atau seorang anak edan. Salah satu hal yang termasuk dalam formula tersebut adalah kasih sayang orang tua yang kurang. Karena, anak yang tidak dididik dengan kasih sayang akan menjadi anak yang tidak memiliki kasih sayang karena kasih sayang tidak ada dalam dirinya. Dan, kalaupun ada, kasih sayangnya bukan kasih sayang yang sayang. Bisa jadi itu kasih sayang yang bukan kasih sayang. Selain tidak memiliki kasih sayang, anak yang tidak dididik dengan kasih sayang hidupnya akan berantakan, serampangan, tidak teratur, dan lain-lain. Anak seperti itu akan menjadi sangat edan. Dan di dunia, banyak anak yang merasa tidak disayangi orang tuanya. Mungkin, sebenarnya orang tuanya sudah berusaha menyayangi anak-anak seperti itu tapi sang anak salah memahami kasih sayang orang tuanya karena si anak berbicara dengan “bahasa” cinta yang berbeda. Untuk pengetahuan lebih lanjut tentang “bahasa” cinta, Anda bisa membaca buku “The Five Love Languages” karya Gary Chapman.

Salah satu anak edan yang berhasil saya foto

  Setelah melihat paragraf di atas, saya jadi merasa tulisan saya menjadi terlalu intelek, bahkan sok intelek. Padahal, saya bukan orang yang cerdas. Pakai celana dalam saja saya masih sering terbalik. Maafkan saya kalau tulisan saya ini terlihat sok intelek.

  Hal yang kedua dalam formula membuat anak menjadi edan adalah keterpaksaan. Dan semua anak pernah mengalami hal ini. Karena, semua orang tua ingin yang terbaik untuk anaknya. Padahal, menurut saya, yang terbaik bagi orang tua belum tentu yang terbaik untuk anak. Anak-anak sering dipaksa sekolah, mengerjakan PR, bahkan dipaksa mengerjakan PR di sekolah. Aneh. Bahkan, saya pernah mendengar cerita (entah benar atau salah) tentang anak usia enam tahun yang kebanyakan les hingga masuk rumah sakit jiwa. Bayangkan, betapa tersiksanya anak kecil yang masih kecil itu. Saya yakin, sang anak merasa terpaksa untuk ikut les sehingga jiwanya berontak dan marah kepada keterpaksaan yang diberikan oleh orang tuanya. Malang benar si anak. Meski begitu, saya tidak pernah mendengar orang tua yang masuk rumah sakit jiwa karena dipaksa oleh anaknya untuk ikut les. Yang pernah saya dengar, ada orang tua yang masuk rumah sakit jiwa karena biaya les yang mencekik.

  Ketika saya selesai menulis paragraf di atas, saya merasa tulisan saya menjadi tulisan sok tahu. Maafkan saya jika Anda merasa tulisan saya mengandung unsur ke-sok tahu-an. Saya menulis tulisan ini karena saya ingin menulis tulisan ini. Karena, jika saya tidak menulis tulisan ini, maka tulisan ini tidak pernah saya tulis.

  Selain itu, saya menulis tulisan ini sebagai bentuk penyuaraan seorang anak. Karena selama ini, yang saya lihat, jarang ada anak yang menyuarakan suaranya lewat tulisan. Anggap saja tulisan ini sebagai artikel parenting yang ditulis oleh seorang anak. Karena saya bosan, setiap artikel parenting yang saya baca, selalu ditulis oleh orang tua, bukan anak. Jika orang tua saja yang menulis artikel parenting, kapan anak bisa menulis artikel parenting?

  Semoga orang tua yang membaca tulisan ini anaknya tidak menjadi gila karena jika anak Anda gila, berarti dia tidak waras. Dan jika dia tidak waras, berarti dia gila

0 comments:

Post a Comment