Monday 12 January 2015

  Harga BBM bersubsidi akhirnya naik. Banyak orang panik. Senin malam, 17 November lalu, SPBU disesaki oleh para pemilik kendaraan bermotor yang kere karena ketika BBM naik mereka harus menguras kantong mereka lebih dalam lagi. Yang membuat saya tidak habis pikir, kenapa mereka begitu semangat mengantri. Padahal, beberapa orang di antara mereka sebenarnya kendaraannya sudah full tank. Kalau sudah begitu, apa lagi yang mau diisi?

  Ketika BBM naik, banyak orang yang mengantri. Di SPBU, mereka antri. Di pasar, mereka antri. Bahkan hingga di antrian pun mereka masih mengantri. Selain antrian yang panjang, dalam proses naiknya harga BBM selalu ada unjuk rasa. Biasanya, unjuk rasa tersebut menuntut agar BBM tidak naik, tetapi ada pula yang mendukung kenaikan, ada yang ragu-ragu, dan ada yang tidak tahu sama sekali kalau BBM akan naik. Dan ketika unjuk rasa, sering terjadi pembakaran ban. Mengapa mereka membakar ban? Padahal, membakar sate ayam masih enak. Dan menurut saya, membakar ban masih kurang seru dan tanpa greget. Karena ban harganya murah. Coba cari barang yang lebih mahal. Misalnya, mobil. Dan kalau ada pengunjuk rasa yang membakar mobil, pasti banyak pengusaha-pengusaha Madura yang ikut unjuk rasa karena setelah unjuk rasa, orang-orang Madura itu akan membongkar mobil yang hangus tadi dan dijual sebagai besi tua.


  Saya juga bingung, mengapa banyak anggota masyarakat yang panik ketika kenaikan harga BBM diumumkan. Padahal, kita semua harus menerima hal tersebut karena memang kenaikan harga BBM terpaksa diberlakukan. Di beberapa lapisan masyarakat, harga BBM yang sekarang memang cukup mencekik. Terutama untuk para cabe-cabean. Para cabe-cabean, seperti yang Anda tahu, suka bergoncengan bertiga pada sore hari. Ketika BBM naik, mereka harus melakukan penghematan agar sepeda motor yang mereka tumpangi tidak cepat habis bensinnya. Salah satu caranya adalah mengurangi jarak tempuh sepeda motor. Selain itu, mungkin mereka bisa bergoncengan berempat atau berlima agar lebih praktis dan efisien. Atau mungkin mereka tidak usah memakai sepeda motor. Cukup dengan membawa sepeda kayuh dan bergoncengan bertiga di sepeda kayuh yang mereka tumpangi. Atau, kalau ingin lebih seru, mereka bisa bergoncengan bertiga di atas odong-odong.

  Kini, harga BBM turun. Menururt saya, harga BBM itu sama dengan jakun laki-laki ketika melihat Julia Perez. Sama-sama naik turun.


  Harga BBM memang sangat mirip dengan Marshanda. Sama-sama tidak stabil. Dan akan berubah-ubah sewaktu-waktu. Jika para penguasa negeri ini tidak pernah menaikkan harga BBM, apakah rakyat akan sejahtera? Saya tak tahu. Yang terpenting pada saat ini adalah terus bekerja karena sesuai kata pepatah, tak ada gading yang tak retak. 

0 comments:

Post a Comment