Kalau setelah pilpres 2014 lalu masyarakat banyak
membicarakan revolusi mental yang tampaknya hanya omong kosong belaka, sekarang
terjadi revolusi lain yang lebih penting dari revolusi mental. Yaitu, revolusi
digital. Apa itu revolusi digital? Saya akan memberikan penjelasannya di
paragraf selanjutnya.
Revolusi digital adalah, apa ya….. Mau tau aja apa mau
tau banget? Ah, kepo banget sih. Oke-oke, tampaknya tulisan saya semakin
ngelantur. Jadi, revolusi digital adalah perubahan cepat yang menjadikan dunia
ini serba digital. Tidak lagi analog. Salah satu contohnya adalah PlayStation. Sekarang, PS sudah tak lagi
membutuhkan analog pada stiknya karena sudah ada touchpad yang terhubung secara wireless.
Selain itu, masih banyak contoh revolusi digital di dunia ini. Mulai dari
pendidikan, kesehatan, asmara, keuangan, hingga kesehatan yang dipengaruhi oleh
asmara serta karir yang butuh keuangan. Semuanya terpengaruh oleh revolusi
digital.
Salah satunya adalah revolusi digital dalam bidang
bisnis. Dulu, orang hanya jual beli secara konvensional dengan membuka toko
atau outlet tertentu. Sekarang, sudah banyak online shop bertebaran di mana-mana. Mulai dari toko kue, toko
pakaian, hingga toko pakaian yang jual kue. Tidak hanya toko, penjual sayur
keliling juga ikut terdampak oleh revolusi digital. Salah satunya, Pak Husni,
penjual sayur keliling yang tiap hari lewat depan rumah saya. Dia mempromosikan
sayur dagangannya beserta harga lewat twitter. Berikut ini tweet-tweet Pak Husni:
Mas
@basilissroq, sekarang harga tempe turun Rp 500, harga tahu turun Rp 250, tapi
harga bayam naik Rp 800 #HargaSayurHusniHariIni
Lalu, saya balas mention
Pak Husni:
Oke,
pak @HusniSayur kapan lewat depan rumah? RT: @HusniSayur: Mas @basilissroq,
sekarang harga tempe turun Rp 500, harga tahu turun Rp 250, tapi harga bayam
naik Rp 800 #HargaSayurHusniHariIni
Pak Husni menjawab pertanyaan saya tadi:
Jam
05.45 mas @basilissroq oh ya, harga cabe-cabean turun Rp 10000 mas. RT: @basilissroq:
Oke, pak @HusniSayur kapan lewat depan rumah?
Begitulah kira-kira tweet
dari Pak Husni. Selain Pak Husni, ada pula penjual angsle yang tiap malam lewat
di depan rumah saya dan hampir tiap bulan, ia mempromosikan angsle jualannya
lewat broadcast message BBM.
Kalau untuk para pedagang revolusi digital bisa sangat
membantu, lain halnya dengan para jomblo. Karena dengan adanya banyak gadget
yang menbanjiri bumi, para jomblo menjadi semakin kesepian karena terlalu sibuk
dengan gadgetnya. Yang punya gadget saja
kesepian, apalagi yang tidak punya gadget seperti saya. Karena tidak punya
gadget, saya tak bisa BBM, WhatsApp, Line, atau bahkan sms-an. Saya merasa
sangat sepi. Akan tetapi, saya yakin masih banyak jomblo-jomblo kesepian di
luar sana. Semoga saja masih ada jomblo kesepian yang lebih kesepian dari saya.
0 comments:
Post a Comment