Akhir-akhir ini, semakin banyak orang yang menguasai
Bahasa Inggris. Banyak pula yang sok menguasai. Maksud dari sok menguasai ini
adalah orang yang menguasai tetapi tidak memakainya dengan benar. Contohnya,
orang yang mencampur Bahasa Inggris dengan Bahasa lain, seperti Bahasa
Indonesia, Bahasa Jawa, atau bahkan mencampur Bahasa Inggris dengan Bahasa
Inggris.
Seburuk-buruknya orang yang menguasai Bahasa Inggris
tetapi sok menguasai, orang yang tidak menguasai tapi sok menguasai masih jauh
lebih buruk. Contohnya, Vicky
“statusisasi” Prasetyo. Vicky menjadi tokoh populer karena hampir menikah
dengan salah satu penyanyi dangdut lulusan SD. Si penyanyi dangdut ini rupanya
kesengsem dengan kekayaan Vicky yang sebenarnya hanya rekayasa dan rayuan
manisnya yang ngelantur bin ngawur. Bahkan, ketika Vicky berbicara di depan
awak media pun, si penyanyi dangdut ini tidak merasa janggal dengan kata-kata
Vicky seperti “labil ekonomi” “statusisasi” dan “kontroversi hati” Sungguh sial
nasib si penyanyi dangdut ini. Semoga saja ia tidak mendapatkan lelaki yang
lebih parah dari si Vicky.
Apa hubungan antara Vicky dan Bahasa Inggris yang
dicampur-campur? Sebenarnya, tidak ada hubungannya. Saya hanya
menghubung-hubungkan Vicky dengan masalah bahasa agar tulisan saya menjadi
lebih panjang. Karena tidak ada hubungannya, saya terpaksa menghubung-hubungkan
agar terlihat seperti berhubungan satu sama lain padahal, hubungannya tidak
berhubungan dengan hubungan itu.
Banyak aktris, aktor, penyanyi, pejabat yang memakai
Bahasa Indonesia “gado-gado” atau bahasa campuran. Kalau kita lihat beberapa
tahun yang lalu, sudah ada penyanyi yang tidak bisa menyanyi bernama Cinta
Laura yang memakai bahasa campuran. Selain itu, masih ada nama-nama lain
seperti Kamasean, Raline Shah, hingga Marshanda yang sok memakai Bahasa Inggris
yang dicampur dengan Bahasa Indonesia sehingga membuat identitas Bahasa
Indonesia semakin kabur karena bahasa yang tidak jelas.
Saya takut, akan ada bahasa baru bernama Indonenglish.
Seperti Singlish di Singapura. Mungkin Bahasa Indonenglish seperti ini: “Aku
walking-walking together with my family di taman flower, terus aku ketemu tukang
garbage yang lagi mungutin maichi chips di side street. Terus, tukang
garbagenya makan maichi chips yang udah bau undelicious. Abis dimakan, tukang
garbagenya stomach hurt dan langsung pergi ke toilet yang ada inside the park.
Keluar dari toilet, tukang garbagenya feel free dan langsung working again.
Udah deh, that’s my cerita waktu aku jalan-jalan yesterday lusa.”
Hancur kan, bahasanya? Itulah yang saya khawatirkan kalau
ada Bahasa Indonenglish di Indonesia. Mudah-mudahan orang yang bahasanya
dicampur-campur bisa tobat dan kembali ke jalan yang benar. Dan semoga Vicky
Prasetyo sehat selalu agar kita semua bisa merasa lebih percaya diri karena ada
orang yang jauh lebih buruk dari kita.
0 comments:
Post a Comment