Sepak bola (atau lebih dikenal dengan sebutan kapes alob
di Malang) telah dikenal sebagai
olahraga paling populer sejagat. Tidak peduli siapa orang itu, seberapa kayanya
dia, berapa anaknya, hingga berapa jumlah upilnya, hampir semuanya suka dengan
sepak bola. Kecuali bapak saya. Bapak saya, entah kenapa, tidak suka dengan
sepak bola. Bapak saya, katanya, tidak suka sepak bola sejak kecil. Padahal,
waktu bapak saya kecil, bapak saya tidak suka sepak bola. Mungkin bapak saya
tidak bisa bermain sepak bola. Atau mungkin, sepak bola tidak bisa memainkan
bapak saya. Entahlah. Tapi, meski bapak saya tidak suka sepak bola, saya adalah
salah satu penggemar olahraga fisik tersebut. Saya tak tahu kapan pertama kali
saya suka sepak bola. Yang saya ingat, pertandingan sepak bola pertama yang
saya lihat di televisi selama 90 menit penuh adalah pertandingan Indonesia vs
Thailand. Waktu itu, Indonesia menang 1-0. Setelah melihat pertandingan itu,
saya langsung jatuh cinta dengan sepak bola. Meskipun saya tidak bisa bermain
bola dengan baik, skill sepak bola
saya cukup buruk. Oleh karena itu, saya jarang ikut teman-teman saya bermain
sepak bola. Kalaupun ikut, saya tidak bermain, tapi jadi wasit.
Dalam sepak bola, banyak tim yang bermain dalam sebuah
kompetisi (kalau ada kompetisi). Dan, yang paling menyebalkan dari sebuah kompetisi
adalah durasinya. Durasi sebuah kompetisi memang sangat panjang. Tidak ada
kompetisi sepak bola yang hanya 1 hari. Biasanya, durasi kompetisi bisa
berhari-hari, berminggu-minggu,berbulan-bulan, hingga bertahun-tahun. Bahkan,
ada kompetisi yang sangat lama. Saking lamanya, sampai tidak ada pemainnya. Bukan
hanya kompetisinya yang menyebalkan, pemainnya juga tidak kalah menyebalkannya.
Ada pemain sepak bola yang sombongnya minta ampun. Saking sombongnya, orang
yang sombong pun kalah sombong dibanding dirinya. Ada pula pemain sepak bola
yang tidak niat bermain sepak bola. Ia bermain sepak bola, tapi memakai kostum
bisbol. Dan ternyata dia memang pemain bisbol. Ada juga pemain bola yang
perilakunya buruk sehingga terlihat menyebalkan. Selain hal-hal yang saya
sebutkan di atas, sebenarnya masih banyak hal menyebalkan yang tidak bisa saya
sebutkan karena jumlahnya amat banyak.
Sepak bola juga tidak terlepas dari kepemimpinan seorang
wasit. Ada wasit yang bertindak sangat adil. Saking adilnya, sampai-sampai sang
wasit suka memberi kartu merah kepada dirinya sendiri. Selain wasit adil, ada
wasit yang sering curang karena disuap. Wasit-wasit ini biasanya disuap dengan
berbagai bentuk suap. Ada yang disuap dengan lontong sayur, disuapi nasi
goreng, hingga disuapi bubur bayi. Ada juga wasit penakut, dibentak sedikit
saja oleh seorang pemain, sang wasit sudah ketakutan setakut-takutnya orang
takut yang sedang ketakutan akut. Meski begitu, sudah seharusnya para pemain
menghargai seorang wasit. Karena, sesuai kata pepapatah, Berat sama dipikul,
ringan sama dijinjing.
Selain wasit, salah satu elemen yang sangat berpengaruh
dalam permainan sepak bola adalah supporter. Supporter sangat berpengaruh
karena, supporter bisa mempengaruhi tensi permainan, selain tensi permainan,
supporter bisa mempengaruhi tensi darah para pemain jika sudah ricuh. Bahkan,
ada supporter yang sangat hebat sehingga bisa membuat klub sepak bola sendiri.
Para pemainnya pun juga berasal dari para supporter. Bahkan, para suporternya
pun berasal dari supporter yang juga supporter.
0 comments:
Post a Comment
Click to see the code!
To insert emoticon you must added at least one space before the code.