Jika ditanya tentang apa yang membuat saya gemuk, saya
pasti menjawab: MAKANAN. Iya, terlalu banyak makan membuat saya gemuk. Saking
gemuknya saya, sampai orang gemuk pun kalah gemuk dengan saya. Bicara soal
orang gemuk, saya ingat dengan bibi saya. Bibi saya adalah salah satu orang
yang agak sangat gemuk. Bukan sangat gemuk, tapi “agak” sangat gemuk. Meski
begitu, bibi saya bukan orang yang kurus. Saya juga heran kenapa semakin banyak
orang gemuk di dunia ini. Mungkin karena orang kurus semakin berkurang karena
orang kurus menjadi gemuk, orang gemuk menjadi semakin gemuk, dan orang yang
semakin gemuk menjadi semakin-makin gemuk.
Meski orang gemuk sudah merajalele, orang gemuk masih
mendapat stereotipe negatif di mata masyarakat yang punya mata. Banyak dari
mereka yang dianggap tidak sehat, dan, lebih parahnya lagi, dianggap makan
tempat. Saya sebagai orang gemuk juga prihatin atas anggapan negatif dari
orang-orang yang berpikir negatif dan hidup dengan anggapan negatif tentang
gemuknya orang gemuk yang gemuk. Pernah suatu ketika saya menyetop angkot yang
sedang berhenti. Waktu saya masuk, sang sopir angkot mencegah saya. Ia berkata,
“Maaf Mas, ini angkot buat manusia, bukan buat kerbau.” Saya merasa terhina
dengan perkataan sopir angkot yang mengaku sopir tersebut. Saya langsung
menegurnya, “Pak, saya ini bukan kerbau. Saya ini sapi.” Setelah mendengar
teguran saya, si sopir langsung menjawab, “Ooh, kalau buat sapi, bisa Mas.
Silahkan masuk.”
Selain anggapan negatif, banyak orang yang tidak mengerti
suara hati para manusia gemuk. Orang gemuk itu menjadi gemuk karena mereka
terpaksa menjadi gemuk. Tapi ada pula orang yang memilih menjadi gemuk untuk
beberapa alasan. Saya pernah melihat orang gemuk karena pilihan. Saya
melihatnya di TV yang ada di kantor kelurahan. Dalam acara tersebut, ternyata
ada orang gemuk yang memilih menjadi gemuk karena masa lalu yang kelam. Dia menjadi korban beberapa kekerasan dengan
pasangannya ketika Ia masih kurus. Oleh sebab itu, Ia memilih menjadi gemuk
agar tidak memiliki pasangan. Ada juga yang memilih untuk gemuk karena
pasangan. Hal ini disebut feederisme. Dalam hubungan ini, ada perempuan gemuk
yang dicintai oleh pria kurus. Dan, pria ini suka memberi makan sang wanita dan
biasanya setiap hari bisa memberi makan hingga 10 kali. Tapi, itulah hidup.
Banyak orang yang melakukan hal aneh karena cinta. Banyak pula orang aneh yang
mencintai hal-hal aneh yang sebenarnya cukup aneh untuk dianggap keanehan yang
aneh.
Bahkan, saking banyaknya orang gemuk, saat ini di
beberapa kota di Amerika Serikat terdapat kelab malam khusus orang gemuk. Kelab
malam tersebut menyediakan tempat untuk para wanita gemuk agar bisa berkencan
dengan pria kurus. Saya juga heran, mengapa di dunia ini dipenuhi orang gemuk.
Padahal, dengan bertambahnya orang gemuk, kita menjadi lebih susah dalam
kendaraan umum, terutama angkot. Pemerintah seharusnya membedakan angkot orang
kurus dengan angkot orang gemuk agar orang-orang kurus tidak tersiksa karena
orang gemuk suka makan tempat. Saya sebagai orang gemuk juga kasihan terhadap
orang kurus yang kurus karena kurusnya tubuh manusia melambangkan kurangnya
gizi. Dan, pada akhirnya, saya berharap kepada orang gemuk agar tidak sering
makan tempat. Karena, sesuai kata pepatah, gajah mati meninggalkan gadingnya,
manusia mati meninggalkan anak istrinya., orang gemuk mati meninggalkan
lemaknya.
0 comments:
Post a Comment